REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Puasa selama Ramadhan dinilai memiliki segudang manfaat. Tidak hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tetapi juga menambah ketahanan mental dan psikologi manusia.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahmad Sulaiman menjelaskan, Ramadhan dapat mempengaruhi psikologis manusia. Hal ini karena saat puasa, manusia menahan diri, mengurangi asupan kalori dan menunda waktu makan yang biasanya dapat dilakukan sewaktu-waktu. "Salah satu dampak psikologisnya yakni menjadi lebih disiplin," jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.
Selain itu, karena mengurangi asupan energi yang masuk, seseorang harus menghemat energi dan melakukan aktivitas yang efisien. Hal itu juga berefek pada kegiatan sehari-hari.
Pria disapa Mada ini mengatakan, puasa diketahui mengharuskan diri untuk menahan segala jenis hasrat dan nafsu. Hal ini ternyata dapat berguna untuk meningkatkan kontrol diri serta kepekaan sosial.
Puasa juga dapat memandu seorang individu untuk mengekspresikan emosi negatif dengan cara yang lebih sehat. Secara tidak secara langsung, manusia dituntut untuk mengelola emosi agar tidak bereaksi terlalu berlebihan. Dalam hal ini seperti tidak mudah marah ataupun larut dalam kesedihan.
Ibadah puasa juga dapat melatih empati terhadap sesama. Ini adalah dampak psikologis yang diharapkan dalam Islam. "Rasa empati yang tumbuh ini diharapkan mendorong kita melakukan hal-lain yang sifatnya altruistik atau memiliki keinginan untuk beramal dan membantu sesama. Kita jadi lebih sering infak dan sedekah, suka memberi dan saling berbagi," ungkapnya.
Agar manfaat puasa dari segi psikologis dapat dirasakan dengan optimal, Mada menilai perlu adanya perencanaan aktivitas di bulan puasa. Begitu juga dengan menyusun target yang jelas. Misalnya, ikut dalam suatu majelis, beritikaf, dan mendengarkan kajian serta melihat bagaimana cara menghabiskan waktu pagi.
Setelah menjalani puasa, Mada mengatakan, kebiasaan-kebiasaan baik harus tetap dipertahankan meskipun Ramadhan telah usai. Apalagi biasanya konsistensi yang sudah dibangun saat puasa seringkali runtuh dan hilang di bulan-bulan berikutnya.
Salah satu mempertahankan kebiasaan tersebut yakni dengan memulai dari hal sederhana. Kemudian dilanjutkan secara bertingkat seperti membaca Alquran bisa diawali dengan beberapa ayat saja. Kemudian setelah dirasa nyaman, bisa menambah beberapa ayat bahkan juga menjadi beberapa halaman.