ruzka.republika.co.id--Telah ditemukan subvarian baru Omicron dari Covid-19 yakni Arcturus di India. Subvarian ini penyebarannya cukup masih dan telah memicu lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan. Arcturus telah menyebar ke negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan bahwa sampai saat ini subvarian Arcturus belum terdeteksi di Indonesia, namun masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan (Prokes).
Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Iwan Ariawan, MSPH mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dan jangan panik terhadap subvarian baru Arcturus.
"Dari hasil survei serologi yang sudah dilakukan Kemenkes dan FKM UI pada Januari 2023 didapatkan hasil bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19 baik dari infeksi maupun vaksinasi,” ujar Iwan dalam keterangan yang diterima Sabtu (08/04/2023).
Iwan menjelaskan, Arcturus atau XBB 1.16 ini merupakan subvarian baru dari Omicron yang penularannya cepat namun gejala yang ditimbulkan tidak terlalu berat dan tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan dengan varian sebelumnya seperti Delta. Dari analisis kematian yang diakibatkan Covid-19, didapatkan bahwa seseorang yang sudah divaksin memiliki risiko kematian yang jauh lebih kecil terutama pada lansia.
“Jadi, vaksin ini sangat terlihat efeknya dan dari analisis yang kami lakukan, apapun vaksinnya hasilnya kurang lebih sama,” terang Iwan.
Ia menambahkan, apabila seseorang melengkapi vaksinnya sampai booster kedua, maka antibodi pada tubuhnya menjadi lebih kuat dan risiko kematian menjadi lebih rendah.
Dengan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia, menurut dr. Iwan dapat menangkal subvarian baru Arcturus, karena variannya masih sama, yaitu Omicron.
Vaksin-vaksin yang ada di Indonesia sudah terbukti efektif untuk menghadapi varian Omicron dalam mencegah terjadinya sakit berat dan kematian.
Selain vaksin, ia menyampaikan bahwa pencegahan terbaik lainnya adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dan harus memperhatikan kembali tempat di mana risiko penularan yang tinggi dan siapa saja yang berisiko sakit berat.
"Karena penularannya yang melalui droplet atau percikan air liur, sehingga tempat-tempat keramaian seperti di transportasi umum atau tempat serupa lainnya memiliki risiko penularan yang tinggi, sangat dianjurkan untuk menggunakan masker. Hal ini berlaku baik Arcturus atupun varian lainnya. Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi adalah orang-orang yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid, karena jika orang tersebut terjangkit Covid-19 akan membuat penyakit bawaannya tersebut semakin parah,” jelas Iwan.
Apabila seseorang sudah terkena dan dinyatakan positif Covid-19, dr Iwan mengutarakan, pertama kali yang bisa dilakukan adalah isolasi mandiri kurang lebih selama lima hari, jika penderita memiliki gejala yang ringan, bukan lansia, dan tidak ada komorbid.
Untuk pengobatannya, apabila penderita hanya mengalami gejala ringan, maka cukup istirahat dan isolasi mandiri. Namun, jika ingin meminum vitamin ataupun suplemen lainnya diperbolehkan.
Berbeda jika penderitanya mempunyai gejala berat, komorbid, atau lansia maka harus diperiksa dan ditangani langsung oleh dokter untuk dilihat apakah penderita harus dirawat di rumah sakit atau bisa isolasi mandiri di rumah.
Selain itu, salah satu yang penting adalah saat seseorang sudah dinyatakan positif Covid-19, maka orang tersebut harus memberi tahuorang-orang sekitarnya terutama yang berinteraksi langsung.
Hal ini dilakukan agar orang-orang yang kontak langsung dengan orang tersebut dapat segera melakukan pemeriksaan. Sehingga, tata laksananya dapat disesuaikan dari hasil pemeriksaan tersebut.
"Apapun variannya, kita tetap lakukan protokol kesehatan dan kejar vaksinasi lengkap. Bagi yang belum vaksin, saya anjurkan untuk segera vaksin. Selain untuk menjaga diri dari risiko gejala berat, vaksin ini juga masih gratis dari pemerintah,” terang Iwan.
Sebagai ahli epidemiologi yang turut berkontribusi dalam penanganan Covid-19 di Indonesia, dr. Iwan menerima penghargaan PPKM Awards pada kategori Akademisi Pendukung Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Terbaik dari Pemerintah Republik Indonesia.
Hal ini diberikan atas dedikasinya dari mulai mengisi webinar dengan tema terkait Covid-19, hingga menjadi konsultan penelitian. Salah satu hal yang berdampak secara signifikan adalah diadakannya Sero Survei yang dapat merefleksikan imunitas masyarakat di tiap daerah. (Rusdy Nurdiansyah)