REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro menyatakan bahwa penderita penyakit komorbid perlu mengetahui batasan kesanggupan dirinya untuk mengikuti ibadah puasa dan kegiatan mudik. "Memasuki 10 hari terakhir berpuasa, penting sekali untuk kita bisa berpuasa dengan stamina yang bagus. Meski kita punya banyak kegiatan dan terus berpuasa, kita harus mengatur gaya hidup sehat kita," kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (10/4/2023).
Reisa menuturkan, sebelum berangkat tidak ada salahnya bagi para pemudik dengan komorbid melakukan konsultasi terlebih dahulu bersama dengan dokter terkait untuk mengetahui status kesehatannya maupun perkembangan penyakitnya. Terlebih jika mengikuti ibadah puasa dimana kondisi tubuh benar-benar harus dalam kondisi yang sehat dan harus sudah mendapatkan persetujuan dari dokternya.
Sebab, pemudik dengan diabetes misalnya, mempunyai situasi rentan karena gula darahnya harus diatur secara cermat. Penderita diabetes juga harus tetap rutin mengkonsumsi obat-obatannya baik ketika berbuka maupun sahur, sambil memperhatikan jenis makanan apa saja yang boleh dikonsumsi.
"Kalau diperbolehkan dan mengatur dengan baik selama berpuasa, itu apa (makanannya) dan kapan saja harus dikonsumsi ketika seseorang menderita diabetes, dia harus tahu kapan sebenarnya kalau dia berbahaya untuk melanjutkan puasanya atau tidak," katanya.
Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu turut menyarankan agar ketika kandungan gula darah penderita sudah di bawah sekitar 70-90 mg/dL atau di atas 300 mg/dL, puasa harus segera dibatalkan agar tubuh tidak segera merasakan drop. Reisa mengatakan, pembatalan puasa terpaksa harus dilakukan jika penderita mengalami gejala lain seperti merasa dehidrasi, tubuh gemetar, dada mulai berdebar kencang, muncul rasa lapar atau haus yang berlebihan, lemas hingga memicu kebingungan di jalan karena berbahaya bagi pemudik untuk mengikuti puasa ataupun berkendara di jalan.
"Bahkan jika ada nyeri perut atau buang air kecil terlalu sering, mual, muntah, itu yang harus diperhatikan. Biasanya memang ada solusinya baik itu mengkonsumsi yang manis atau yang menjadi saran dari dokter yang selama ini memperhatikan atau kalau memang sudah butuh insulin itu juga harus diberikan karena kalau rendah takutnya juga bisa kehilangan kesadaran," ucapnya.
Reisa menekankan, sangat penting untuk memastikan kondisi kesehatan terlepas dari apapun penyakit yang diderita pemudik. Hal itu berguna bagi pemudik untuk mempersiapkan diri atau keperluan yang dibutuhkan di perjalanan.
Selain memastikan kesehatan pengaturan gaya hidup sehat juga bisa membantu penderita komorbid mengetahui batas kesanggupan dirinya berpuasa. Misalnya, dengan memenuhi kebutuhan cairan setidaknya dua liter air putih agar tidak dehidrasi atau terserang rasa haus yang hebat, pengaturan pola makan bergizi yang tidak berlebihan supaya asupan gula tidak berlebihan, tidur yang cukup dan mematuhi seluruh rekomendasi dokter
"Mengendalikan nafsu makan termasuk pada saat kita berbuka puasa dan juga pada saat sahur harus tetap dikontrol, supaya tidak berlebihan. Menunya juga kita bisa pilih-pilih yang lebih sehat yang lebih tidak terlalu banyak gula, garam dan lemaknya," kata dia.