REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi destinasi utama pariwisata ramah muslim dunia. Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Malaysia.
Populasi muslim terbesar, keindahan alam dan keragaman budaya serta atensi positif masyarakat terkait pariwisata ramah muslim, menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama pariwisata ramah Muslim dunia.
Keberhasilan pengembangan pariwisata ramah muslim di Indonesia tentu tidak cukup ditunjukkan melalui peringkat wisata halal dunia, tetapi perlu didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan penerapan gaya hidup halal (halal lifestyle). Berdasarkan survei literasi ekonomi syariah Bank Indonesia tahun 2022, hanya sekitar 23 orang dari 100 orang Muslim Indonesia (23,3 persen) yang memiliki pemahaman yang baik tentang ekonomi syariah termasuk penerapan gaya hidup halal.
Data tersebut menunjukkan masih terbukanya ruang peningkatan pemahaman masyarakat terhadap halal lifestyle, sejalan dengan arahan Bapak Wakil Presiden agar angka literasi ekonomi dan keuangan syariah dapat mencapai 50 persen dalam dua tahun ke depan.
Sejalan dengan upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata ramah muslim (PRM) dunia, edukasi dan kampanye halal perlu terus digalakkan guna mendukung perluasan halal lifestyle serta meningkatkan kesadaran wisatawan domestik atas pentingnya penyediaan makanan minuman halal, kemudahan beribadah, dan tempat wisata yang bersih, sehat, aman, nyaman.
Di tengah upaya tersebut, pada 2022 Bank Indonesia bekerja sama dengan Enhaii Halal Tourism Center Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung melakukan riset terhadap kajian model bisnis PRM. Hasil dari kajian mencakup rekomendasi rencana uji coba model bisnis pengembangan pariwisata ramah muslim di Sumatra Barat.
Untuk mencapai visi sebagai negara tujuan pariwisata ramah muslim kelas dunia, Kemenparekraf telah menetapkan strategi penguatan destinasi wisata pada tiga area. Pertama penguatan sisi 3A (amenitas, atraksi, serta aksesibilitas dan konektivitas).
Kedua, penguatan sisi pemasaran melalui pengembangan pemasaran berbasis DOT (destination, origin dan time), BAS (branding, advertising dan selling) dan POSE (Paid Media, Owned Media, Social Media dan Endorser). Ketiga, penguatan sumber daya manusia melalui 3C (Curriculum, Certification dan Center of Excellence), komunitas masyarakat dan industri.
Penguatan pada tiga area tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara muslim, dan mewujudkan Indonesia menjadi destinasi utama pariwisata ramah muslim dunia.