Rabu 12 Apr 2023 12:22 WIB

Monumen Holocaust Kritik Kesepakatan Israel-Polandia

Israel dan Polandia mengumumkan kerja sama untuk memperbaiki hubungan yang rusak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Pengunjung melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Pengunjung melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kantor tugu peringatan korban Holocaust, Yad Vashem mengkritik kesepakatan perjalanan siswa Israel ke Polandia. Yad Vashem mengatakan, perjalanan itu merekomendasikan sejumlah lokasi problematik yang mendistorsi sejarah.

Pernyataan ini disampaikan beberapa pekan setelah Israel dan Polandia mengumumkan kerja sama untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat ketidaksepakatan mengenai perilaku Polandia selama Holocaust. Perjalanan siswa Israel ke Polandia menjadi salah satu pokok perdebatan.

Baca Juga

Dalam kesepakatan 22 Maret yang telah diratifikasi parlemen dua negara, menekankan pentingnya pendidikan pemuda-pemudi dan kebutuhan untuk mengungkapkan cerita utuh masa kelam Holocaust dan Perang Dunia II. Surat kabar Haaretz yang pertama kali melaporkan isi kesepakatan tersebut.

Kesepakatan itu juga mengajak untuk mengunjungi "lokasi-lokasi peringatan Holocaust dan kejahatan lain selama Perang Dunia II", termasuk lokasi yang sangat penting bagi sejarah dua negara. Kelompok siswa wajib mengunjungi setidak satu lokasi dari daftar panjang museum dan lokasi bersejarah yang direkomendasikan pemerintah.

"(Perjalanan ini harus berisi) sejarah lengkap yang akurat, termasuk peran Polandia dalam persekusi, menangani dan membunuh orang Yahudi selama Holocaust serta aksi penyelamatannya," kata Yad Vashem dalam pernyataannya, Selasa (11/4/2023).

Yad Vashem mengatakan, daftar lokasi yang direkomendasikan untuk dikunjungi di Polandia disusun tanpa masukan dari mereka. "(Termasuk) lokasi problematik yang seharusnya tidak boleh dikunjungi dalam konteks pendidikan," katanya menambahkan.

Daftar itu termasuk lusinan lokasi termasuk galeri seni, istana kerajaan dan museum sejarah Yahudi yang sudah populer di kalangan turis Yahudi. "Dua negara mencapai kesepakatan, baik bagi anak-anak muda untuk mempelajari semua aspek sejarah Yahudi, Israel dan Polandia, tidak terbatas pada Holocaust," kata Kementerian Luar Negeri Polandia.

Yad Vashem tidak mengungkapkan lokasi mana yang mereka anggap problematik. Tapi daftar itu mencakup Ulma Family Museum, lokasi yang menceritakan sebuah keluarga Polandia yang menyelamatkan orang-orang Yahudi selama Holocaust.

Museum itu dikritik karena menggambarkan sebuah keluarga, yang dibunuh bersama orang-orang Yahudi yang mereka tampung, mencerminkan sebagian besar keluarga Polandia saat itu. Bukan minoritas kecil yang mempertaruhkan nyawa mereka.

Museum lainnya memperingati apa yang di Polandia disebut "tentara terkutuk", pejuang anti-komunis yang beberapa diantaranya berkolaborasi dengan Nazi dan membunuh Yahudi di akhir perang dan setelah perang. Sebagai upaya mencegah Polandia jatuh ke tangan komunis.

Kementerian Luar Negeri Israel mengecilkan kontroversi itu. Mereka mengatakan daftar tersebut sudah disetujui Kementerian Pendidikan Israel dan mencakup berbagai suara termasuk museum POLIN yang populer, lokasi yang menceritakan sejarah Yahudi Polandia.

Masuknya lokasi-lokasi kontroversial ke daftar itu mungkin berakar dari politik Polandia sendiri dibandingkan pendidikan lintas negara. Pemerintah nasionalis Polandia dapat menjadikan daftar itu untuk menarik suara pada basis politiknya menjelang pemilihan parlemen yang digelar musim gugur ini.

Polandia telah menjadi salah satu sekutu terdekat Israel di Eropa. Tapi beberapa tahun terakhir hubungan dua negara itu memburuk akibat ketidaksepakatan mengenai sejarah keterlibatan Polandia dalam pembunuhan orang Yahudi yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.

Nazi menduduki Polandia pada tahun 1939 dan membunuh jutaan Yahudi dan non-Yahudi di negara itu. Tidak seperti negara lain yang diduduki Jerman saat itu, tidak ada pihak dari pemerintah Polandia yang berkolaborasi dengan Nazi.

Sementara beberapa orang Polandia mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang Yahudi. Beberapa membantu Jerman memburu dan membunuh mereka.

Pemerintah dari kubu nasionalis yang berkuasa saat ini berusaha menggambarkan kejahatan orang Polandia selama Perang Dunia II sebagai fenomena marjinal dan fokus pada bagaimana orang-orang Polandia menyelamatkan orang Yahudi. Sejarawan, pihak berwenang Israel, dan penyintas persekusi di Polandia selama dan setelah perang mengecam sikap pemerintah nasionalis dan menuduh pemerintah berusaha menutupi sejarah.

Selama bertahun-tahun anak-anak muda Israel berziarah ke Auschwitz dan lokasi Holocaust dan bersejarah lainnya. Tapi tahun lalu Israel membatalkan perjalanan itu, mengklaim pemerintah Polandia berusaha mengendalikan kurikulum pelajaran Holocaust yang diajarkan ke anak-anak Israel.

Dalam tajuk rencananya, Haaretz menulis kesepakatan ini "datang dengan biaya yang besar bagi Israel." Surat kabar itu menuduh pemerintah meremehkan kenangan Holocaust atas nama diplomasi.

Haaretz mencatat Israel memperingati hari Holocaust pekan depan. "Kita tidak boleh lupa orang-orang yang telah sepakat untuk menjual kenangan Holocaust," tambah surat kabar itu.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement