Senin 17 Apr 2023 18:45 WIB

Beda Waktu Idul Fitri Harus Disikapi dengan Toleransi

Perbedaan waktu Idul Fitri merupakan hal biasa di Indonesia.

Red: Erdy Nasrul
Wakil Presiden Maruf Amin saat menyaksikan pengukuhan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode 2023-2028 di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 6, Jakarta Pusat, Rabu (12/04/2023).
Foto: undefined
Wakil Presiden Maruf Amin saat menyaksikan pengukuhan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode 2023-2028 di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 6, Jakarta Pusat, Rabu (12/04/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma?ruf Amin meminta potensi perbedaan penetapan hari Idul Fitri 2023 disikapi dengan toleransi.

"Yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok untuk masing-masing, ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo," ujar Wapres beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Organisasi Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 H bertepatan dengan 21 April 2023, sementara pemerintah termasuk organisasi Nahdlatul Ulama masih menunggu hasil sidang Isbat yang biasanya dilaksanakan pada 29 Ramadhan, sehingga perbedaan waktu penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H sangat berpotensi terjadi di Indonesia.

Wapres mengemukakan, penyebab perbedaan itu terletak pada metode penetapan 1 Syawal. Pemerintah, kata Wapres, menggunakan metode imkanur rukyah yang menggabungkan hisab dan rukyah.