Selasa 18 Apr 2023 11:35 WIB

9 Alasan Mengapa Muhammadiyah Gunakan Hisab daripada Pakai Rukyat NU dan Pemerintah

Salah satu alasan mengapa Muhammadiyah memakai metode hisab karena semangat Alquran.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
.

Muhammadiyah menggunakan metode<a href= hisab daripada rukyat." />
Muhammadiyah menggunakan metode hisab daripada rukyat.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... PP Muhammadiyah memakai metode hisab untuk menentukan penanggalan awal bulan, termasuk menentukan kapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Padahal, Rasulullah SAW menggunakan rukyat dalam penentuan awal bulan Qamariah, bahkan para ulama mazhab sepakat salah satu syarat masuknya bulan Ramadhan adalah melihat hilal. Lalu, mengapa Muhammadiyah malah menggunakan hisab sehingga berbeda dengan Rasulullah, NU, atau pemerintah?

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo dalam acara Sosialisasi Ketarjihan pada Sabtu (23/4) menyampaikan sembilan alasan mengapa persyarikatan Muhammadiyah yakin menggunakan hisab dalam penentuan awal bulan kamariah. Seperti dinukil dari Muhammadiyah.or.id, sembilan alasan tersebut adalah:

1. Semangat Alquran adalah Penggunaan Hisab

Dalam Alquran terdapat dua ayat yang mengandung isyarat yang jelas kepada hisab, QS ar-Rahman ayat 5. Ayat ini tidak sekadar memberi informasi, tetapi juga mendorong untuk melakukan perhitungan terhadap gerak matahari dan bulan. Sedangkan, dalam QS Yunus ayat 5 menyebutkan menghitung gerak matahari dan bulan sangat berguna untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.

.

BACA JUGA: Gara-Gara Orang Ini Kita Dapat THR Lebaran, Begini Sejarah Tunjangan Hari Raya

2. Hadis-Hadis yang Memerintahkan Rukyat adalah Perintah Berillat

Menurut Rasyid Ridha dan Musthafa az-Zarqa, perintah rukyat dalam beberapa hadis Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan perintah yang mengandung illat atau memiliki alasan hukum. Illat adalah kondisi umat pada saat itu masih belum mengenal tulis baca dan hisab (ummi).

Apalagi pada waktu itu Islam baru berkembang di daratan jazirah Arab sehingga untuk memudahkan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam memerintahkan sarana yang tersedia saat itu, yaitu rukyat. Dalam keadaan umat Islam yang telah tersebar luas, rukyat tidak dapat mencakup seluruh permukaan bumi saat visibilitas pertama.

3. Rukyat Bukan Ibadah, Melainkan Sarana

Metode rukyat bukan bagian dari ibadah mahdlah, melainkan alat untuk menentukan waktu. Penggunaan rukyat tidak memungkinkan kita meramalkan tanggal jauh hari ke depan karena kepastian tanggal baru diketahui sehari sebelum bulan baru pada setiap bulan.

Sebagai alat, rukyat dapat diubah dengan model penghitungan secara eksak demi tercapainya suatu tujuan. Lagi pula, dalam hadis Nabi Muhammad SAW tentang penentuan awal bulan, yang menjadi ibadah mahdlah adalah puasa, bukan rukyat.

BACA JUGA: Muhammadiyah Sering Lebaran Duluan, Gus Dur: NU dan Muhammadiyah Ajarannya Merujuk ke Rasulullah

4. Rukyat Tidak Bisa Digunakan untuk Membuat Kalender Unifikatif

Pembuatan kalender mau tidak mau harus menggunakan perhitungan astronomis karena sangat mustahil manajemen waktu terbuat dari aktivitas mengamati hilal. Akan sangat merepotkan bila pembuatan kalender menggunakan rukyat karena kaverannya sangat bersifat terbatas pada letak geografis tertentu pada hari pertama visibilitas hilal. Hal ini akan berakibat pada berbedanya tanggal Hijriyah di berbagai tempat.


PP Muhammadiyah sering berbeda dalam penentuan 1 Ramadhan atau 1 Syawal dengan NU dan pemerintah.
PP Muhammadiyah sering berbeda dalam penentuan 1 Ramadhan atau 1 Syawal dengan NU dan pemerintah.

JANGKAUAN RUKYAT TERBATAS

5. Rukyat tidak Dapat Meramalkan Tanggal Jauh Hari ke Depan

Penggunaan rukyat tidak dapat menyatukan hari-hari raya Islam di seluruh dunia serta tidak dapat menata sistem waktu secara prediktif ke masa depan maupun ke masa lalu. Kenyataan ini membawa akibat serius seperti selama 1.500 tahun, Islam belum memiliki kalender Islam terpadu dan komprehensif yang dijadikan sebagai acuan bersama.

6. Rukyat tidak Bisa Menyatukan Awal Bulan Islam Secara Global

Metode rukyat tidak dapat menyatukan seluruh dunia dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Misalnya, sebagian bumi sebelah barat telah bisa melihat hilal sehingga akan memulai bulan kamariah baru keesokan harinya, sementara muka bumi sebelah timur pada hari yang sama tidak dapat melihat hilal sehingga memulai bulan Qamariah baru lusa.

Akibatnya tanggal hijriah jatuh berbeda. Sederhananya, hilal yang terlihat di Indonesia berlaku bagi kawasan Indonesia dan tidak berlaku pada kawasan Afrika. Jika seperti ini, masing-masing kawasan akan memiliki kalender yang berbeda-beda.

BACA JUGA: Andai Saya Jadi Gubernur Jakarta, Perlukah Membongkar Trotoar?

7. Jangkauan Rukyat Terbatas

Dalam kenyataan riil, rukyat tidak bisa meliputi seluruh kawasan dunia. Apalagi rukyat saat visibilitas pertama hanya meliputi sebagian muka bumi. Pada saat di suatu bagian dunia sudah terlihat hilal, daerah lain belum mengalaminya, bahkan di tempat itu bulan masih di bawah ufuk.

Hilal tidak dapat terukyat di seluruh muka bumi pada sore hari yang sama, sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan memulai awal bulan Qamariah baru. Kalau itu terjadi dengan Dzulhijah, maka terjadi persoalan kapan melaksanakan puasa Arafah.

8. Rukyat Menimbulkan Masalah dalam Pelaksanaan Puasa Arafah

Penggunaan rukyat mengakibatkan tidak dapat menjatuhkan hari Arafah serentak di seluruh dunia sehingga menimbulkan masalah pelaksanaan ibadah puasa Arafah. Hal itu akan berdampak kepada kawasan-kawasan yang jauh dari Makkah seperti Indonesia tidak serentaknya jatuh hari Arafah.

9. Faktor Alam Seperti Cuaca

Hadis Ibn ‘Umar riwayat al-Bukhari dan Muslim di muka yang menyatakan, “Jika hilal di atasmu terhalang awan, estimasikanlah." Memberi tempat bagi penggunaan hisab di kala bulan tertutup awan. Artinya, hisab digunakan pada saat ada kemusykilan melakukan rukyat karena faktor alam (bulan tertutup awan).

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Amplop Honor Ceramah Kiai Tertukar dengan Sopir, Pantas Cengar-Cengir

.

SIMPAN JADWAL IMSYAK DAN BUKA PUASA RAMADHAN 2023

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> GP Ansor Bantah Anggota Banser Lecehkan Tsamara Amany: Fotonya Dicatut

> Humor Gus Dur: Pastor Lega Dikira Gak Jadi Diterkam Harimau, Ternyata Harimaunya Lagi Baca Doa Makan

> Sempat Tantang Novel Bamukmin Duel, Denny Siregar: Gak Jadi Deh, Gw Males Bulan Puasa Berantem

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/211751/9-alasan-mengapa-muhammadiyah-gunakan-hisab-ketimbang-pakai-rukyat-nu-dan-pemerintah
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement