REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Populasi Jepang yang sudah berkurang akan terus menurun dalam berpuluh-puluh tahun yang akan datang. Laporan resmi Institut Riset Kependudukan dan Keamanan Nasional Jepang menyatakan, penduduk jepang diperkirakan akan turun menjadi 87 juta pada 2070.
Jumlah tersebut menyusut 30 persen dari levelnya pada 2020. Laporan kantor berita Kyodo menyatakan, penduduk asing, termasuk pelajar dan pekerja yang tinggal di Jepang selama lebih dari tiga bulan terdiri dari 10,8 persen populasi pada 9,39 juta pada 2070. Jumlah ini berkembang dari 2,2 persen pada 2020.
Populasi negara yang berusia 65 tahun atau lebih diproyeksikan mencapai 33,67 juta pada 2070 setelah mencapai puncaknya pada 39,53 juta pada 2043. Pada 2070, mereka akan terdiri dari 38,7 persen dari populasi, mengakibatkan kenaikan biaya jaminan sosial yang tinggi.
Menurut perkiraan baru, populasi Jepang saat ini sebesar 126,15 juta pada 2020 diperkirakan akan turun di bawah ambang batas 100 juta pada 2056. Jumlah kelahiran yang sudah anjlok di bawah 800 ribu pada 2022, kemungkinan akan mencapai titik terendah lebih lanjut. Jumlah penurunan akan berada di bawah 700 ribu pada 2043 dan di bawah 500 ribu pada 2070.
Orang berusia 15-64 tahun, populasi usia kerja yang mendukung sistem jaminan sosial negara dengan membayar premi, juga diperkirakan akan menurun tajam. Jumlah kelompok ini menjadi 45,35 juta pada 2070 dari 75,09 juta pada 2020.
Usia rata-rata penduduk diproyeksikan menjadi 47,6 pada 2020 dan meningkat menjadi 54,0 pada 2070. Sedangkan harapan hidup rata-rata laki-laki diperkirakan akan mencapai 85,89 pada 2070 dari 81,58 pada 2020. Sedangkan perempuan kemungkinan akan naik menjadi 91,94 dari 87,72.
Populasi Jepang menyusut 556 ribu pada 2022 dari tahun sebelumnya menjadi 124,9 juta, karena jumlah warga negara Jepang mengalami penurunan terbesar dalam catatan. Jumlah kematian tahun lalu mencapai rekor tertinggi 1.582.033, naik 129.744.
Kecenderungan yang mengkhawatirkan ini menunjukkan kebutuhan mendesak bagi Tokyo untuk membangun sistem sosial. Menurut Institut Riset Kependudukan dan Keamanan Nasional, tindakan itu perlu untuk mengatasi tantangan ganda dari angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menua.
Jepang tahun lalu mencatat penurunan terbesar dalam kelahiran baru, dengan jumlah bayi turun di bawah 800 ribu untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899. Ini juga merupakan tahun ketujuh berturut-turut jumlah bayi yang lahir di negara itu terus menurun.
Jumlah kelahiran turun 5,1 persen menjadi 799.728 pada 2022. “Tidak termasuk anak-anak yang lahir dari orang tua asing, perkiraan jumlah kelahiran diperkirakan sekitar 770 ribu,” ujar Kementerian Kesehatan Jepang dikutip dari Anadolu Agency.
Sejak tahun 1973, ketika jumlah kelahiran baru mencapai sekitar 2,09 juta, setelah itu Jepang mengalami penurunan jumlah kelahiran baru. Satu dekade kemudian, pada 1984, kelahiran baru di Jepang turun menjadi 1,5 juta, sedangkan pada 2016, jumlah bayi baru lahir kurang dari satu juta.