Jumat 28 Apr 2023 16:28 WIB

Kurs Rupiah Naik di Tengah Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi AS

Tingkat inflasi AS masih jauh di atas level target dua persen.

Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Jumat, meningkat di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Rupiah pada Jumat ditutup naik 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp 14.674 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.707 per dolar AS.

"Rupiah masih menguat terhadap dolar AS karena ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di akhir tahun," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (28/4/2023).

Pertumbuhan ekonomi AS menurun secara signifikan pada kuartal pertama 2023, di tengah pukulan ganda dari kenaikan suku bunga dan inflasi terburuk dalam beberapa dekade.

Produk domestik bruto (PDB) AS, yang mengukur semua barang dan jasa yang diproduksi, naik 1,1 persen secara tahunan dalam tiga bulan pertama di Amerika Serikat, menurut data yang dirilis Departemen Perdagangan pada Kamis (27/4/2023).

Jumlah itu jauh lebih rendah dari pertumbuhan 2,6 persen pada kuartal keempat 2022. Itu juga kurang dari pertumbuhan dua persen yang diprediksi para ekonom yang disurvei Dow Jones.

Ariston menuturkan data PDB AS kuartal pertama 2023 tersebut menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi AS yang bisa memberikan alasan bagi bank sentral AS untuk melonggarkan program pengetatan moneternya. Meskipun tingkat inflasi AS masih jauh di atas level target dua persen.

Komite Pasar Terbuka Federal memiliki kemungkinan sekitar 87 persen untuk menaikkan suku bunga dana federal sebesar 25 basis poin lagi dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada awal Mei, menurut data dari CME FedWatch Tool pada Kamis (27/4/2023) sore.

Selain itu, bank sentral AS tentunya masih memperhatikan efek kenaikan suku bunga acuan AS terhadap perbankan AS. Menurut Ariston, masih ada kekhawatiran krisis perbankan AS akan muncul lagi.

Di sisi lain, data ekonomi Indonesia masih kondusif dengan inflasi yang masih terkendali seperti yang disampaikan Bank Indonesia (BI) sehingga mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Tekanan inflasi terus menurun dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan tercatat 0,18 persen lebih rendah dari pola historis di periode awal bulan Ramadhan yakni Maret 2023, sehingga secara tahunan turun dari level bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen menjadi 4,97 persen.

Sementara, inflasi inti Maret 2023 terus melambat dari 3,09 persen menjadi 2,94 persen secara tahunan, yang dipengaruhi ekspektasi inflasi dan tekanan inflasi barang impor yang menurun serta pasokan agregat memadai dalam merespons kenaikan permintaan barang dan jasa.

BI memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen pada kuartal II 2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy), setelah perkiraan lima persen (yoy) pada kuartal I 2023.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp 14.694 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 14.633 per dolar AS hingga Rp 14.695 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat meningkat ke posisi Rp 14.661 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.751 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement