REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Musim kemarau 2023 di DIY tahun diperkirakan akan lebih kering dari tahun sebelumnya. Untuk itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY meminta masyarakat turut mengantisipasi musim kemarau tahun ini, salah satunya dengan bijak menggunakan air bersih terutama di daerah yang rawan akan bencana kekeringan di DIY.
"Masyarakat dihimbau untuk bijak di dalam mempergunakan air," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto kepada Republika.co.id, Jumat (28/4/2023).
Lilik menyebut bahwa pihaknya akan melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menghadapi musim kemarau tahun ini, baik instansi di tingkat Provinsi DIY maupun di kabupaten/kota. "Rencana hari Kamis (pekan) depan akan kami rapatkan," tambahnya.
Seperti BPBD kabupaten/kota se-DIY, BMKG, Dinas Sosial DIY, Dinas PUP-ESDM DIY, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY. Stok untuk air bersih, katanya, juga sudah ada di Dinas Sosial DIY dan nantinya akan dilakukan dropping jika dibutuhkan.
"Stok bantuan air ada di Dinas Sosial DIY, sehingga mekanismenya di kabupaten/kota. BPBD (DIY) berkoordinasi dengan dinas sosial kabupaten/kota dalam penyaluran bantuan air apabila dibutuhkan," ujar Lilik.
Seperti diketahui, BMKG sudah memprediksikan bahwa panjang musim kemarau di DIY akan terjadi hingga 16-20 dasarian. Sementara itu, untuk puncak musim kemarau sendiri diperkirakan akan berlangsung antara Juli hingga Agustus 2023 di DIY.
Dari total delapan Zona Musim (ZOM) di DIY, puncak musim kemarau pada Juli diperkirakan hanya terjadi di satu ZOM atau 12,5 persen di DIY. "(Puncak musim kemarau di DIY di) Tujuh ZOM (87,5 persen) berlangsung pada Agustus 2023," kata Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas, Kamis (27/4/2023).
Untuk itu, pihaknya mengimbau pemerintah daerah maupun masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023 ini. Pasalnya, musim kemarau di 2023 ini diprakirakan akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya.
"Untuk daerah-daerah dengan peluang terjadinya curah hujan rendah, perlu melakukan langkah antisipasi memilih budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan dan semak, serta menghemat penggunaan air bersih," jelasnya.