REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja positif PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendapat respons positif dari pelaku pasar saham. Seperti diketahui, BRI mampu mencatatkan laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp 15,56 triliun sepanjang kuartal I 2023.
Saat BRI merilis kinerjanya kemarin, Kamis (27/4/3023), saham BBRI ditutup naik sebesar 2,49 persen ke level Rp 5.150. Angka tersebut menyentuh level tertinggi sepanjang masa atau all time high.
Kenaikan harga BBRI tersebut membuat kapitalisasi pasar BBRI menjadi Rp 772,72 triliun. Hal ini mengindikasikan kepercayaan investor terhadap BRI terus meningkat meskipun di tengah risiko perekonomian global yang masih menantang.
Meski demikian, kenaikan harga saham tersebut tidak berlanjut pada hari ini, Jumat (28/4/2023). Di sesi kedua perdagangan, saham BBRI ditutup turun nyaris satu persen setelah sempat menguat ke level 5.275.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan BRI dapat melanjutkan kinerja positifnya dengan mencatatkan pertumbuhan aset menjadi Rp 1.822,97 triliun atau tumbuh 10,46 persen yoy. Pencapaian tersebut tak lepas dari komitmen BRI yang mampu menciptakan value secara konsisten dengan fokus tumbuh pada segmen UMKM, dengan pengelolaan risiko yang baik.
"Di samping itu, BRI juga terus melanjutkan transformasi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta meningkatkan pelayanan kepada para nasabah," ungkap Sunarso. Kamis (28/4/2023).
Tak hanya itu, BRI juga mengalami peningkatan dari sisi penyaluran kredit dengan kontributor utama di segmen mikro yang tumbuh 11,18 persen, sehingga total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi sebesar Rp 1.180,12 triliun. Khusus untuk segmen UMKM porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp 989,64 triliun.
Pertumbuhan kredit tersebut juga diiringi dengan pengelolaan manajemen risiko yang prudent dalam penyaluran kredit. Tercermin dari rasio NPL pada akhir kuartal I 2023 sebesar 2,86 persen atau membaik apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,09 persen.
Meskipun kualitas kredit membaik, BRI tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 282,49 persen. "Hal ini merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, dan perlambatan ekonomi dunia," ungkap Sunarso.
Dari sisi pendanaan, BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp 1.255,45 triliun atau tumbuh double digit sebesar 11,45 persen yoy. Di samping itu, kontributor lain yang menjadi penopang kinerja BRI yakni pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income (FBI) yang tumbuh 11,45 persen yoy atau mencapai senilai Rp 5,08 triliun.
Sunarso pun mengungkapkan optimismenya kedepan dimana prospek dan kinerja industri perbankan khususnya BRI juga akan lebih baik di tahun 2023, dengan kredit BRI kami proyeksikan mampu tumbuh di level 10 persen-12 persen dan didukung oleh pertumbuhan pada segmen UMKM khususnya Mikro dan Ultra Mikro.