Ahad 30 Apr 2023 15:00 WIB

Konflik Sudan Disebut Bisa Jadi Perang Saudara Terburuk di Dunia

Konfik bersenjata di Sudan pecah sejak 19 April 2023.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Dalam foto yang disediakan oleh Unicef ini, sekelompok pengungsi beristirahat di bawah naungan pohon untuk melindungi diri dari matahari dan panas setelah menyeberang ke desa Koufroun, dekat perbatasan Chad-Sudan, di Chad, Kamis (27/4/2023). Ledakan hebat dan tembakan mengguncang ibu kota Sudan Jumat pagi, kata penduduk, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata yang rapuh antara dua jenderal tertinggi di kabupaten itu yang perebutan kekuasaannya telah menewaskan ratusan orang.
Foto: Donaig Le Du/UNICEF via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Unicef ini, sekelompok pengungsi beristirahat di bawah naungan pohon untuk melindungi diri dari matahari dan panas setelah menyeberang ke desa Koufroun, dekat perbatasan Chad-Sudan, di Chad, Kamis (27/4/2023). Ledakan hebat dan tembakan mengguncang ibu kota Sudan Jumat pagi, kata penduduk, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata yang rapuh antara dua jenderal tertinggi di kabupaten itu yang perebutan kekuasaannya telah menewaskan ratusan orang.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Mantan perdana menteri Sudan Abdalla Hamdok memperingatkan bahwa konflik yang saat ini tengah berlangsung di negaranya dapat berubah menjadi salah satu perang saudara terburuk di dunia. Menurutnya, sebelum kondisinya terus memburuk, harus ada upaya untuk menghentikan pertempuran.

"Tuhan melarang jika Sudan mencapai titik perang saudara yang tepat... Suriah, Yaman, Libya, akan menjadi permainan kecil. Saya pikir ini akan menjadi mimpi buruk bagi dunia," kata Hamdok dalam percakapan dengan taipan telekomunikasi kelahiran Sudan, Mo Ibrahim, di sebuah acara di Nairobi, Sabtu (29/4/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Hamdok mengungkapkan, pertempuran yang saat ini berlangsung antara kubu militer dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) merupakan perang tak masuk akal. "Tidak ada seorang pun yang akan keluar dari kemenangan ini. Oleh karenanya, ini harus dihentikan," ujarnya.

Hamdok adalah perdana menteri pemerintahan transisi Sudan. Militer kemudian menggulingkannya dan menahannya dalam kudeta. Hamdok sempat dipekerjakan kembali, tapi dia memilih mengundurkan diri pada Januari lalu. Pada 15 April lalu, pertempuran pecah antara militer Sudan dan kelompok RSF.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement