REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sabar itu adalah senjata yang paling ampuh dalam perjuangan melintasi lorong-lorong kehidupan yang seringkali penuh dengan duri yang tajam.
Imam Masjid New York Imam Shamsi Ali menjelaskan sabar seperti yang pernah kita sampaikan adalah satu dari dua sayap (selain syukur) kehidupan. Sabar merupakan modal terpenting bagi kesuksesan hidup seseorang.
Karenanya dalam Al quran sabar digandengkan dengan sholat. Sebagaimana kita ketahui, Sholat itu mengantar kepada kesuksesan “hayya alal falah” yang kemudian dikonfirmasi oleh ayat Al-Quran: “beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya” (al-Mikminun).
Dengan modal sabar seseorang akan persisten (gigih) dan konsisten (istiqamah) dalam menjalani kehidupannya dengan segala ragam dinamikanya. Dia akan terus berjalan menggapai tujuannya, apapun keadaan yang ada di hadapannya.
Konsistensi dan persistensi itu menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Realita yang kemudian diafirmasi oleh Al quran: “wahai orang-orang yang beriman. Bersabarlah (ishbiruu) dan teruslah bersabar (wa shobiruu) dan salingnya menguatkan (wa raabithu). Semoga kalian sukses” (Ali Imran).
Realita ini dengan nilai sabar yang begitu besar sehingga Allah menjanjikan pahala sabar itu secara khusus. “Hanya saja pahala sabar itu diberikan tanpa ada perhitungan” (Azzumar). Artinya jika amalan lain itu ada kalkulasi pahalanya. Sabar justeru tidak ada batas kalkulasi
(Bighaeri hisaab).
Sabar itu mencakup seluruh aspek kehidupan. Secara sederhana dan populer dikenal dengan empat cakupan:
Pertama, sabar menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Kedua, sabar meninggalkan larangan Allah dan RasulNya.
Ketiga, sabar menerima ujian musibah yang menimpa dalam hidup. Keempat, sabar dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah SWT.
Dari empat aspek kesabaran itu, aspek keempat adalah aspek yang terberat. Banyak manusia yang mampu menjalani perintah Allah, meninggalkan laranganNya dan bersabar ketika diuji dengan sebuah cobaan yang dalam kalkulasinya tidak menyenangkan. Tapi ketika diuji dengan sesuatu yang menyenangkan dan baik-baik saja dia menjadi lupa dengan Dia yang mengarunianya kesenangan itu.
Kisah sahabat nabi yang miskin dan ahli ibadah. Lalu meminta didoakan untuk kaya. Dan benar dia menjadi kaya. Ternyata sahabat itu ambruk juga dengan ujian itu. Dari seseorang yang taat agama, rajin sholat, tiba-tiba menjadi ingkar dan tidak lagi peduli dengan agama karena kekayaan yang Allah karuniakan padanya.
Komunitas muslim imigran di Amerika yang datang dari berbagai belahan dunia ketika di awal ketibaan mereka di negara ini baik-baik saja secara agama. Mereka masih sadar bahwa keberadaan mereka di UAS itu adalah karunia Allah. Amerika adalah bagian dari bumi Allah (ardhullah). Berada di Amerika disadari sebagai jalan kebaikan.
Para imigran itu awalnya menyadari keberadaannya sebagai jalan kebaikan dunia-akhirat. Lambat lain defenisi kebaikan itu menjadi sempit, terbatasi oleh kesempitan dunia (hasanah fid dunia) semata. Sebagian berubah. Mereka ingkar nikmat menjadi orang-orang yang seolah tidak ada tujuan lain dari hidup ini kecuali untuk kepentingan material (materialistik).