REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PwC Indonesia Financial Services Advisor David Wake dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (4/5/2023) mengatakan ambisi industri jasa finansial untuk terus melakukan transformasi digital hingga kini sebagian besar tidak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global.
Pasalnya, perusahaan termasuk industri jasa finansial dihadapkan pada masalah untuk melangkah lebih hati-hati dan terus mentransformasikan perusahaan mereka untuk memenuhi tuntutan dunia yang semakin digital.
Dalam kondisi bisnis saat ini, persaingan strategis antara ekonomi terbesar dunia dan risiko geopolitik telah memperlambat perdagangan global. Dunia telah memasuki periode slowbalisation, fase baru globalisasi dimana integrasi dan arus perdagangan masih tumbuh, tetapi dengan laju yang lebih lambat.
Menurut David, ketegangan dalam perdagangan terus menciptakan tantangan bagi rantai pasokan global dan integrasi perekonomian global lebih lanjut. Perusahaan dihadapkan pada masalah untuk melangkah lebih hati-hati, serta terus mentransformasikan bisnis mereka untuk memenuhi tuntutan dunia yang semakin digital.
Hal serupa turut terjadi di sektor asuransi, dimana terdapat peningkatan tajam dalam upaya digital dan adopsi di berbagai bidang seperti distribusi, operasional, dan klaim asuransi. Sektor ini berlomba-lomba untuk peningkatan digital dan teknologi berbasis data, serta pasar modal yang menguat juga telah menyebabkan peningkatan dramatis dalam merger dan akuisisi selama beberapa tahun terakhir.
"Kami mengantisipasi bahwa banyak perusahaan asuransi akan terus memanfaatkan kondisi pasar untuk mengoptimalkan portofolio mereka, memperoleh kemampuan digital baru, dan menciptakan kemitraan strategis setelah peningkatan volume dan valuasi penawaran jasa finansial global sebesar 40 persen pada tahun 2021," ujar David.
Sementara itu, PwC Indonesia Consulting Advisor John Dovaston menyatakan konsumen mengubah cara mereka dalam menggunakan layanan finansial, yang menandakan bahwa perusahaan tidak boleh diam dalam hal kemampuan digital.
Namun, para pemain tidak boleh menganggap transformasi digital menjadi satu-satunya cara untuk tetap unggul dalam persaingan. Meskipun penting untuk bersaing dengan kompetitor, transformasi digital harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus layanan.
"Sebuah organisasi harus memastikan transformasinya sesuai dengan strateginya, karena transformasi benar-benar berkaitan dengan strategi," ujarJohn menegaskan.
Maka dari itu, ia berpendapat bank harus menyadari bahwa menyediakan layanan digital yang lebih maju sangat penting jika ingin bersaing untuk mendapatkan pelanggan baru. Adopsi solusi perbankan seluler dan daring semakin cepat karena adanya cloud banking.