Sabtu 06 May 2023 04:16 WIB

Imunisasi Booster pada Anak di Atas Satu Tahun Sangat Penting

Meski terlambat, imunisasi dan imunisasi booster harus tetap dilakukan.

Ilustrasi anak-anak. Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropik Dr dr Raihan Sp.A mengatakan anak di atas usia satu tahun harus melengkapi imunisasi penguat atau Imunisasi booster agar tidak terkena penyakit menular seperti TBC, polio, difteri hingga tetanus ataupun rubella.
Foto: Freepik
Ilustrasi anak-anak. Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropik Dr dr Raihan Sp.A mengatakan anak di atas usia satu tahun harus melengkapi imunisasi penguat atau Imunisasi booster agar tidak terkena penyakit menular seperti TBC, polio, difteri hingga tetanus ataupun rubella.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropik Dr dr Raihan Sp.A mengatakan anak di atas usia satu tahun harus melengkapi imunisasi penguat atau imunisasi booster agar tidak terkena penyakit menular seperti TBC, polio, difteri hingga tetanus ataupun rubella.

"Imunisasi anak usia satu tahun harus lengkap. Ada imunisasi booster, penguat, yang setelah satu tahun juga harus dilengkapi. Kalau misalnya terlambat, harus tetap dilakukan," kata Raihan dalam diskusi daring mengenai imunisasi, pekan ini.

Baca Juga

Dokter dari RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh itu mengatakan, pada kelompok anak yang tidak sakit tapi tidak diimunisasi maka dalam waktu cepat anak-anak tersebut akan tertular penyakit karena tidak memiliki imunitas. Dia mengingatkan, angka kejadian yang meningkat bisa menjadi wabah.

Raihan mengatakan salah satu penyakit menular yang mengintai anak adalah tuberkulosis atau TBC. Tuberkulosis tidak hanya terjadi pada batuk, bahkan bisa menyerang organ lain seperti sendi atau tulang belakang. Penularan juga sering kali terjadi di dalam rumah dari orang dewasa kepada anak, sehingga anak perlu diberi perlindungan dengan imunisasi BCG.

"Jadi kita jangan hanya berpikir bahwa anak ancamannya di luar rumah, bahkan orang-orang terdekat yang dicintainya di dalam rumah bisa menjadi sumber penularan penyakit kepada anak, sehingga anak perlu dilindungi dengan imunisasi yang kita sebut dengan imunisasi," ucap Raihan.

Selain itu, TB juga bisa terjadi di usus yang menyebabkan usus menjadi lengket dan bisa bocor. Komplikasi yang lebih berat adalah TB bisa menyerang selaput otak dan membuat anak mengalami kemunduran kecerdasan dan tidak bisa kembali seperti sedia kala.

Selain tuberkulosis, hepatitis B juga menjadi perhatian khususnya pada anak baru lahir. Karena anak yang terinfeksi dengan hepatitis B akan mengalami kanker hati pada 10 sampai 20 tahun kemudian.

"Karena banyak sekali kematiannya dan 80-99 persen tidak ada gejala. Inilah kenapa sebabnya ada program dalam 24 jam pertama setelah kelahiran harus diberikan hepatitis B," kata dokter yang menempuh pendidikan doktor di Universitas Padjajaran Bandung, Jawa Barat, itu.

Di samping itu, penyakit menular lainnya yang dapat menjangkiti anak yang tidak melakukan imunisasi seperti penularan polio yang terjadi karena virus polio masuk ke dalam tubuh anak tersebut melalui makanan atau air yang tercemar sehingga menyebabkan kelumpuhan. Ada juga penyakit difteri, campak dengan komplikasi serius hingga rubella dan tetanus yang dapat menyebabkan patah tulang atau fraktur.

Raihan mengatakan orang tua banyak yang tidak memenuhi imunisasi anak dan tidak sadar dengan penyakit-penyakit berbahaya tersebut sehingga saat melakukan perawatan sudah dalam kondisi yang parah. "Orang tua biasanya baru sadar pada saat melihat anaknya harus dirawat berhari-hari. Efek demam karena imunisasi pada anak tidak sebanding apabila anak tersebut tidak imunisasi dan kemudian terserang penyakit," kata Raihan.

Dia juga mengingatkan bahwa imunisasi merupakan investasi masa depan anak. Melengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal dan jumlah dosis yang diberikan dapat memberikan kekebalan yang optimal kepada anak sehingga anak dan keluarga terlindungi.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement