Sabtu 13 May 2023 08:47 WIB

Geng Hacker Ramsomware Klaim Retas BSI, Ngaku Curi 15 Juta Data Nasabah dan Karyawan

LockBit Ransomware mengancam akan merilis data yang dicuri jika negosiasi gagal.

Red: Karta Raharja Ucu
Layanan digital BSI lumpuh sejak Senin dan hingga kini masih dalam masa pemulihan.
Foto: Shutterstock
Layanan digital BSI lumpuh sejak Senin dan hingga kini masih dalam masa pemulihan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Geng hacker atau LockBit Ransomware mengaku sebagai sebagai peretas Bank Syariah Indonesia (BSI). Mereka mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas gangguan yang terjadi pada sistem operasional BSI dalam beberapa hari terakhir hingga membuat nasabah kesulitan mengakses layanan mobile banking, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hingga teller.

Akun @darktracer_int lewat kicauan di Twitter, Sabtu (13/5/2023) mengungkapkan jika Lockbit Ransomware juga mencuri jutaan data nasabah. "Mereka juga mengumumkan telah mencuri 15 juta catatan nasabah, informasi karyawan, dan sekitar 1,5 terabite data internal. Mereka mengeklaim akan merilis data itu di dark web jika negosiasi gagal," kicau @darktracer.

Sebelumnya Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengakui jika ada serangan siber terhadap layanan perbankan BSI. Namun ia membantah bila serangan tersebut meminta sejumlah uang tebusan.

"Kami temukan ada indikasi serangan siber. Kami ada temporary switch off untuk memastikan sistem aman, tapi tidak ada tebusan ya," ujar Hery.

Hery juga menyebut perlu pembuktian lebih lanjut melalui audit dan digital forensik perihal dugaan serangan siber tersebut. Adapun dalam proses normalisasi layanan, tim IT BSI bekerja sama dengan Tim IT Bank Mandiri dan tentunya berkoordinasi secara intens dengan berbagai pihak terkait, baik regulator BI, OJK, pemegang saham maupun lembaga pemerintah.

Menteri BUMN, Erick Thohir meminta BSI memperkuat sistem keamanan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement