REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, pernah terjadi musim paceklik. Saat itu masyarakat dilanda kemarau dan banyak yang kelaparan.
Dikisahkan dalam 'Tarbiyatul Aulad fil Islam' terjemahan bahasa Indonesia karya Dr Abdullah Nashih 'Ulwan, bahwa suatu ketika, kumpulan kafilah dagang dari Syam dengan seribu untanya membawa aneka ragam makanan dan pakaian. Mereka berhenti pada Utsman bin Affan.
Setelah itu para saudagar yang lain juga berlomba-lomba datang kepadanya dan meminta Utsman untuk menjual kafilah tersebut. Lantas Utsman berkata kepada mereka, "Berapa keuntungan yang akan engkau berikan kepadaku?"
Mereka pun menjawab, "Lima persen."
Utsman berkata lagi, "Sungguh aku telah mendapatkan sesuatu yang akan memberiku lebih banyak dari itu."
Mendengar itu, mereka tetap berusaha keras agar bisa memperoleh kafilah itu, dengan berkata, "Tidak pernah ada saudagar di antara kami yang berani memberi lebih daripada ini."
Utsman berkata, "Sungguh aku sudah memperoleh sesuatu yang akan memberiku pada setiap dirhamnya 700 lebih. Sungguh aku mendengar Allah berfirman, "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah ayat 261)
Utsman kemudian menunjukkan kepada para saudagar itu bahwa kafilah dan seisinya itu telah ia hibahkan kepada orang fakir Madinah. Kafilah tersebut berisi biji gandum, tepung, minyak, dan mentega. "Semua itu adalah sedekah bagi kaum Muslim," demikian kata Utsman.
Dari riwayat tersebut, dapat dipetik sebuah pelajaran tentang betapa pentingnya saling tolong menolong kepada sesama yang memang membutuhkan pertolongan, tanpa mengharapkan suatu imbalan atau keuntungan dalam bentuk apapun.
Dalam konteks tersebut, Dr Abdullah Nashih 'Ulwan menjelaskan, setiap orang tua penting mengajari anak-anaknya dasar-dasar persaudaraan agar tumbuh dalam diri mereka rasa kasih-mengasihi kepada sesama Muslim.
"Persaudaraan yang benar melahirkan perasaan-perasaan mulia di dalam jiwa Muslim untuk membentuk sikap-sikap positif seperti saling tolong menolong, mengutamakan orang lain, kasih sayang dan pemberian maaf serta menjauhi sikap-sikap yang negatif," jelas 'Ulwan.