REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah meyakini target pemerintah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 sebesar 2,16 persen hingga 2,64 persen dapat terwujud.
"Target itu realistis. Perekonomian memang bertahap membaik pascapandemi COVID-19," kata Piter saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Seiring membaiknyaekonomi, lanjut Piter, pendapatan negara dari sisi pajak juga akan meningkat. Dengan demikian, defisit APBN juga akan makin mengecil.
Terkait pendapatan, Piter juga berpendapat target pemerintah mengenai pendapatan negara pada 2024 yang berada di kisaran 11,8 persen hingga 12,38 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) juga realistis.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pemerintah menargetkan peningkatan pendapatan negara pada 2024. Tahun lalu, pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar 11,19 persen hingga 11,7 persen dari total PDB pada 2023.
Dari sisi belanja negara, pemerintah menargetkan besaran 13,97 persen hingga 15,01 persen dari PDB. Kemudian, keseimbangan primer ditargetkan bergerak menuju positif ke kisaran defisit 0,43 persen dan surplus 0,00 persen dari PDB.
Sementara itu, rasio utang akan tetap terkendali dalam batas yang tetap bijak atau prudent di kisaran 38,07 persen hingga 38,97 persen dari PDB.
Adapun kebijakan belanja 2024 diarahkan untuk menuntaskan proyek prioritas strategis, yaitu pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), pemenuhan infrastruktur dasar dan konektivitas, serta pelaksanaan Pemilu 2024.
Sedangkan secara keseluruhan, kebijakan APBN 2024 diarahkan untuk tetap ekspansif dan terukur untuk terus mendukung transformasi ekonomi. Target penurunan defisit di kisaran 2,16 persen hingga 2,64 persen dari PDB bertujuan untuk mendorong pembiayaan yang hati-hati, kreatif, dan berkesinambungan agar bisa terus berkelanjutan.
Menkeu juga menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2024 dapat menyentuh 5,3 persen hingga 5,9 persen. Penetapan target tersebut disusun berdasarkan fenomena guncangan besar perekonomian global serta tensi geopolitik global yang terus berlarut.
Pertimbangan lainnya adalah kondisi perekonomian dalam negeri yang saat ini cenderung dalam kondisi stabil.