Senin 22 May 2023 05:17 WIB

Prediksinya Meleset Jauh, Lembaga Survei Turki Beralibi Gara-Gara Ramadhan

Kinerja lembaga survei disorot sebab prediksi Erdogan kalah, tapi malah menang.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hasil penghitungan resmi Pemilihan Presiden (Pilpres) Turki 2023 sudah ditetapkan. Dewan Pemilihan Tinggi Turki merilis hasil penghitungan, yaitu pejawat (incumbent) Recep Tayyip Erdogan mengumpulkan suara 49,52 persen.

Capaian Erdogan itu unggul atas calon presiden (capres) oposisi Kemal Kilicdaroglu dengan 44,88 persen, Sinan Ogan meraih 5,17 persen, dan capres yang mundur akibat skandal video porno beberapa hari menjelang pencoblosan Muharrem Ince masih mengumpulkan 0,43 persen.

Hasil itu di luar dugaan banyak kalangan. Pasalnya, menjelang pencoblosan pada Ahad (14/5/2023), berbagai lembaga survei selalu menempatkan Kilicdaroglu di posisi teratas. Kilicdaroglu bahkan diprediksi menang satu putaran dengan capaian suara di atas 50 persen. Sayangnya, prediksi lembaga survei itu berkebalikan dengan hasil pencoblosan.

Baca: Terkena Skandal Video Porno, Capres Turki dari Oposisi Mundur

Menjelang putaran kedua antara Erdogan dan Kilicdaroglu yang dijadwalkan pada Ahad (28/5/2023), lembaga survei pun merefleksikan letak kesalahan mereka menjelang pemungutan suara, yang dianggap sebagai salah satu yang paling penting dalam sejarah Turki tersebut.

Hal itu karena jajak pendapat dari berbagai lembaga selama berpekan-pekan selalu menunjukkan Kilicdaroglu mengungguli Erdogan. Hal itu terlihat nyata berpadu dengan persepsi masyarakat bahwa popularitas Erdogan menurun di tengah melonjaknya inflasi dan biaya hidup di Turki.

Salah satu perusahaan MAK yang kencang merilis hasil survei pada 7 Mei 2023 bahkan merilis hasil jajak pendapat, menunjukkan Kilicdaroglu menang 50,9 persen dalam Pilpres Turki. Ketua MAK Mehmet Ali Kulat mengatakan, melesetnya prediksi survei dipersulit oleh faktor gempa besar yang melanda Turki pada Februari 2023, dan datangnya bulan suci Ramadhan yang berlangsung pada Maret hingga April 2023.

Dia pun beralibi dua faktor itu yang membuat jajak pendapat lembaganya meleset. "Ada periode 20 hari setelah Ramadhan dan Anda tidak dapat melakukan pemungutan suara secara legal dalam 10 hari terakhir. Ini membuat kami tersesat lebih jauh. Kami, sebagai perusahaan riset, seharusnya tidak mencari alasan," kata Mehmet Ali Kulat kepada Reuters, akhir pekan kemarin.

Baca: Hasil Pemilu Keluar, Erdogan Bertemu Capres Ogan Peraih Suara 5 Persen

Aliansi Rakyat yang dipimpin AKP di bawah Erdogan bahkan memenangkan mayoritas suara di parlemen dengan raihan 321 kursi dari total 600 kursi. Hasil itu menunjukkan peluang kemenangan Erdogan di putaran kedua semakin besar.

Yeni Safak melaporkan, jajak pendapat yang dipimpin Mehmet Ali Kulat menunjukkan hasil berkebalikan setelah pencoblosan dilakukan. Ternyata, MAK memiliki relasi dengan CHP, partai oposisi yang dipimpin Kilicdaroglu.

Menjelang pencoblosan pada 14 Mei 2023, Mehmet Ali Kulat kerap muncul di media dengan berbagai analisisnya yang menempatkan kandidat opisisi menang di angka 50,9 persen. Sayangnya, ketika hasil pemungutan suara dilakukan, Kılıçdaroğlu disebut kehilangan 2,6 juta suara yang beralih ke Erdogan.

Yeni Safak pun membuat ulasan mengapa prediksi lembaga survei meleset. Menurut media yang berafiliasi dengan kubu Erdogan tersebut, rekayasa politik yang dikembangkan aliansi oposisi sudah jelas gagal total.

Beberapa perusahaan survei yang gencar merilis data menunjukkan Kılıçdaroglu menang besar atas Erdogan, ternyata diduga memanipulasi jajak pendapat. Hal itu dilakukan dengan merekayasa media sosial melalui jaringan troll dan akun bot. Karena itu, pada akhirnya pihak oposisi mengalami kekalahan telak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement