JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membantu memasarkan batik ‘Makmur Lestari’ melalui digital marketing. Makmur Lestari merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memproduksi batik di tempat mereka KKN, Dusun Kanoman I, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menurut Ketua Kelompok KKN UNY, Fathia Nur Adibah, digitalisasi pemasaran produk Batik Makmur Lestari bertujuan untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Sebab informasi produk yang disajikan melalui digital dapat dengan mudah diakses pengguna platform online.
BACA JUGA : Inovasi Baru Cap Batik Kertas untuk Hemat Beaya Produksi, Ini Cara Membuatnya
“Digitalisasi pemasaran atau digital marketing adalah strategi pemasaran yang bertujuan untuk mengoptimalisasi promosi produk dan atau jasa menggunakan teknologi seperti handphone atau laptop dan platform online," kata Fathia, Selasa (23/5/2023).
Fathia menambahkan untuk membuat konten digital marketing Batik Makmur Lestari, mahasiswa KKN UNY melakukan pengambilan foto dan video. Ada beberapa koleksi batik andalan Batik Makmur Lestari untuk model pembuatan iklan. "Saat ini, Batik Makmur Lestari sudah hadir dengan media promosi di Instagram dan e-commerce Shopee,” kata Fathia.
Mahasiswa KKN UNY terdiri Fathia Nur Adibah, Risqi Septiawan, Dhiva Raudatul Zanna, Elvaretta Dinky Auliannisa Zahra, Athya Zahra Sabrina, Dhea Wahyu Oktavia, Nanda Amalia Qhoirunisa, Kezia Refalina Enjang Rahaya dan Diaz Fadilla Anggita Puspitasari.
Menurut pemiliknya, Murjiyo, Batik Makmur Lestari memang relatif baru. Usaha batik ini dirintis mulai tahun 2020, setelah dirinya pensiun dari salah satu instansi pemerintah dan dukungan istrinya.
BACA JUGA : 'Kraljic Matrix' Jamin UMKM Batik Peroleh Bahan Baku Berkualitas, Ini Penjelasannya
Murjiyo mengawali usahanya dengan mengirimkan poposal pelatihan membatik bagi warga kepada Balai Latihan Kerja (BLK) Kulonprogo. Sembari menunggu persetujuan proposal, Murjiyo mengajak beberapa teman mengikuti pelatihan membatik selama empat hari di industri batik Yogyakarta.
Namun Murjiyo menyadari pelatihan selama empat hari belum membuat warga mahir membatik. Kemudian Murjiyo menerima pemberitahuan jika proposal mendapat persetujuan BLK untuk mengikuti pelatihan membatik bersama 20 warga Kanoman.
Pelatihan membatik di BLK kurang lebih satu bulan dan ini membuat Murjiyo mantap mendirikan usaha batik dengan nama Batik Makmur Lestari. Namun tidak lama menjalankan usaha ada pademi Covid-19 sehingga usahanya tersendat-sendat.
Meskipun ada pandemi, Murjiyo tetap berproduksi dan dijual sehingga masih bisa bertahan hingga kini. Menurut Murjiyo, ada lima kunci agar agar usaha batiknya tetap eksis yaitu persediaan alat, tempat produksi, motivasi, minat untuk menjalankan usaha, dan bakat membatik yang bisa dilatih. (*)
BACA JUGA : Dosen UNU dan UII Berkolaborasi Bantu Pengusaha Batik Miliki HaKI, Ini Tujuannya
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].