REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mendorong intervensi strategis untuk percepatan penurunan prevalensi stunting. Hal tersebut dalam rangka memastikan angka penurunan stunting tahun 2024 tercapai sesuai target yang telah dicanangkan.
Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, Badan Pangan Nasional mendukung penuh dan siap berperan aktif secara masif menjalankan program-program strategis penurunan stunting.
“Saat ini bersama-sama BKKBN kita telah membangun kolaborasi untuk menjalankan program penurunan stunting berupa pendistribusian bantuan pangan telur dan daging ayam untuk 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) di tujuh Provinsi,” ujar Arief dalam keterangan yang disampaikan Jumat, (26/5/2023).
Menurutnya, melalui program yang dijalankan bersama Holding BUMN Pangan ID FOOD tersebut sebanyak 1,4 juta KRS sesuai data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah terdaftar untuk menerima bantuan pangan berupa daging ayam ukuran satu ekor dalam bentuk karkas dengan ukuran sekitar 0,9-1,1 kg dan satu tray telur ayam atau sebanyak 10 butir telur. Bantuan disalurkan dalam tiga tahap selama tiga bulan. Pendistribusiannya sudah running sejak April atau sebelum Lebaran dan akan dilaksanakan sampai bulan Juli.
“Seperti kita ketahui, daging ayam dan telur ayam merupakan sumber protein yang baik bagi pemenuhan gizi dan nutrisi. Dengan mendistribusikannya sebagai bantuan pangan, maka pemerintah hadir untuk memastikan masyarakat khususnya keluarga berisiko stunting memperoleh asupan gizi dan nutrisi yang cukup untuk mencegah dan mengurangi stunting,” paparnya.
Sampai 25 Mei 2023 ini penyaluran bantuan tahap pertama telah terdistribusi sebanyak 1,1 juta paket, atau 81,5 persen dari total penyaluran di tujuh provinsi. Yaitu Banten sebanyak 57 ribu paket (89 persen), Jawa Barat 405 ribu paket (99 persen), Jawa Tengah 322 ribu paket (99 persen), Jawa Timur 314 ribu paket (82 persen), serta Nusa Tenggara Timur (NTT) 4 ribu paket (4 persen), Sulawesi Barat 2 ribu paket (14 persen), dan Sumatera Utara 72 ribu paket (52 persen).
Melihat respons dan dampak positif dari program bantuan ini, Arief berharap, keberlanjutannya bisa dijaga atau dilanjutkan dengan jumlah sasaran dan jangkauan yang lebih masif lagi.
“Program yang dijalankan sesuai arahan langsung Bapak Presiden ini memberikan banyak dampak positif bukan hanya bagi penurunan angka stunting tetapi juga bagi pengendalian inflasi dan penguatan ekosistem perunggasan nasional. Diakui para peternak hadirnya pemerintah melalui BUMN Pangan sebagai off taker turut berkontribusi menjaga stabilitas harga jual telur dan daging ayam di tingkat peternak, sehingga dampaknya sangat luas," ujarnya.
Selain melalui bantuan pangan, Arief memaparkan, Badan Pangan Nasional juga telah mengintegrasikan program penurunan stunting ini dalam gerakan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA), melalui kerja sama pengelolaan Rumah B2SA bersama Tim Penggerak (TP) PKK Pusat.
Rumah Pangan B2SA merupakan pusat edukasi dan sosialisasi penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat untuk pemenuhan gizi dan pencegahan stunting. Saat ini sudah mulai berjalan di Binjai, Sumatra Utara dan akan diduplikasi lebih luas di kabupaten kota lainnya.
“Kita juga jalankan program penurunan stunting melalui gerakan Selamatkan Pangan berkolaborasi dengan komunitas pegiat pencegahan food waste dan donatur, penyedia pangan seperti asosiasi ritel, restoran, hotel, dan lainnya. Kita kumpulkan donasi pangan melalui fasilitas mobil logistik pangan untuk didistribusikan salah satunya kepada masyarakat rentan rawan pangan dan gizi,” ungkapnya.