Sabtu 27 May 2023 20:16 WIB

Ikhtiar Pegiat Komunitas Kembalikan Kejayaan Batik Patron Khas Ambarawa

Catatan sejarah mengungkap kejayaan kerajinan batik tahun 1800-an silam.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
   Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, melihat display berbagai karya batik gagrak Patron Ambarawa, saat menghadiri acara Peluncuran Batik Gripatwa ‘Gagrak Patron Ambarawa’, yang dilaksanakan Komunitas Batik Patron Ambarawa di SMPN 4 Ambarawa, Sabtu (27/5).
Foto: Bowo Pribadi
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, melihat display berbagai karya batik gagrak Patron Ambarawa, saat menghadiri acara Peluncuran Batik Gripatwa ‘Gagrak Patron Ambarawa’, yang dilaksanakan Komunitas Batik Patron Ambarawa di SMPN 4 Ambarawa, Sabtu (27/5).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Upaya untuk mengembalikan kejayaan batik khas Ambarawa, Kabupaten Semarang, terus diinisiasi para pegiat sejarah serta Komunitas Batik Patron Ambarawa, di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Setelah melakukan riset, menggali berbagai literasi, dan menelusuri peninggalan masa kejayaan batik yang tersisa, Komunitas Batik Patron Ambarawa meluncurkan Batik Gripatwa ‘Gagrak Patron Ambarawa’, di SMPN 4 Ambarawa, Sabtu (27/5/2023).

Dalam peluncuran batik ini, Komunitas Batik Patron Ambarawa bekerja sama dengan SMPN 4 Ambarawa (Gripatwa) sekaligus sebagai proyek percontohan untuk pelestarian batik khas Gagrak Patron Ambarawa.

Menurut Ketua Komunitas Batik Patron Ambarawa, Desideria Ari Nur Fitri, Ambarawa, salah satu kota kecil di Kabupaten Semarang, memiliki catatan sejarah tentang kejayaan kerajinan batik tahun 1800-an silam.

Sayangnya revolusi fisik yang terjadi di Indonesia telah ‘menenggelamkan’ industri batik di Ambarawa dan nama Batik Patron Ambarawa tidak berlanjut seperti halnya batik Pekalongan, Solo, dan lainnya.

Hingga masa pendudukan Jepang, industri batik di Ambarawa betul- betul punah karena banyak pelaku usaha batik yang memilih hengkang dari Ambarawa karena situasi keamanan yang tidak menguntungkan.      

“Tetapi, dokumen tentang masa kejayaan Batik Patron Ambarawa saat ini masih tersimpan di salah satu museum antropologi Tropenmuseum, di Belanda,” ungkapnya, di sela acara Peluncuran Batik Gripatwa ‘Gagrak Patron Ambarawa’.

Deri, panggilan akrab Desideria Ari Nur Fitri, menambahkan berdasarkan penelusuran Komunitas Batik Patron Ambarawa, sudah menemukan sebanyak 86 motif khas Batik Patron Ambarawa.

Dinamakan Patron Ambarawa karena motifnya memang khas dan hanya ada di Ambarawa, antara lain seperti buah anggur, ceplok, tambal, dan naga Baruklinting yang merupakan tokoh legenda Rawapening.

Pada masa kejayaannya, lanjut Deri, di wilayah Ambarawa terdapat setidaknya delapan industri batik khas yang terkonsentrasi di sekitar Pasar Gamblok, Ambarawa, sekarang di sekitar Jalan Brigjen Sudiarto.

Salah satu bangunan rumah untuk memproduksi batik Patron Ambarawa di kawasan ini masih bisa dilihat walaupun sudah beralih fungsi. “Bahkan bak bekas untuk nglorod (proses menghilangkan lilin)  dan kerekannya masih ada,” katanya.

Karena besarnya produksi batik saat itu, masih ungkap Deri, proses pewarnaannya bahkan harus dilakukan di luar daerah dan di luar provinsi, sebelum dibawa kembali ke Ambarawa.

Bahkan untuk membawa batik yang sudah diproses pewarnaannya ke Ambarawa bisa sampai dua gerbong kereta api. “Untuk skala industri saat itu, batik yang diangkut hingga dua gerbong kereta api sudah luar biasa besar,” jelas dia.

Deri menambahkan, peluncuran batik ‘Gagrak Patron Ambarawa’ ini menjadi ikhtiar untuk mengembalikan Batik Patron Ambarawa yang pernah mengalami masa kejayaan dan hampir 1,5 abad tenggelam.

Dengan menggandeng SMPN 4 Ambarawa nantinya akan ada regenerasi untuk nguri-uri (melestarikan) batik khas Ambarawa ini. Para siswa diedukasi dan diberikan pelatihan untuk memproduksi batik Gagarak Patron Ambarawa.

“Kami berharap, nantinya batik patron Ambarawa ini menjadi identitas sekaligus didorong mejadi industri yang tidak hanya menjadi kebanggaan namun juga meningkatkan perekonomian warga Ambarawa,” jelasnya.

Pegiat batik patron Ambarawa, Mahfud Fauzi menambahkan, secara spesifik gagrak Patron Ambarawa memiliki ciri perpaduan/kombinasi antara batik pedalaman (forstenlanden) dengan batik keraton (Yogyakarta dan Solo) serta batik pesisiran (Semarangan, Lasem, Pekalongan).

Secara motif memang lebih khas ke batik pedalaman, namun dari sisi pewarnaan ada persinggungan dengan batik keraton dan batik pesisiran.

Batik Gagrak Patron Ambarawa, jelas Mahfud, merupakan batik klasik khas Kabupaten Semarang. “Penamaan ‘Patron Ambarawa’ lebih mengacu pada dokumen yang tersimpan di museum antropologi, di Belanda,” ungkap dia.

Salah satu siswa SMPN 4 Ambarawa, Latto Mocga Uchikawa (14) mengaku, awalnya tidak tahu menahu batik Gagrak Patron Ambarawa. Ia baru tahu setelah bersinggungan dan diedukasi oleh Komunitas Batik Patron Ambarawa.

Ia menjadi tertarik setelah diberikan pelatihan dan belajar cara memproduksi batik khas Ambarawa ini bersama-sama dengan teman-teman di sekolah.

“Rencananya dari proyek percontohan bersama dengan Komunitas Batik Patron Ambarawa ini nantinya siswa-siswi SMPN 4 Ambarawa akan memproduksi sendiri batik untuk seragam kebanggaan sekolah,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement