BOYANESIA -- Salam toghellen (saudara)....Pada momen mudik lebaran 2023 kemarin, saya menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Syekh Maulana Umar Mas’ud di Desa Sungai Teluk Kecamatan Sangkapura. Makam ini terletak di sebelah barat Masjid Jami' Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik.
Makam tersebut berada dalam bangunan berarsitektur Jawa. Di dalam bangunan tersebut terdapat dua makam. Makam Syekh Umar Mas’ud berada di sebelah Timur. Sedangkan makam istrinya berada di sebelah Baratnya.
Ada perbedaan dari dua makam tersebut. Ujung nisan pada makam Syekh Umar Mas'ud tampak lancip. Sedangkan ujung nisan makam istirnya agak tumpul. Pada dua makam tersebut juga bertuliskan aksara arab (kaligrafi) dengan inkripsi yang berbeda.
"Lihat saja itu bentuk nisannya, yang lancip adalah makam Maulana Umar Mas'ud," ujar salah satu keturunan Maulana Umar Mas'ud, Raden Abdul Wahid saat berbincang dengan Boyanesia, Jumat (5/5/2023).
Makam Syekh Maulana Umar Mas'ud kini sudah menjadi salah satu objek wisata religi di Bawean. Makam ini hselalu didatangi para peziarah. Jika Anda berkunjung ke Pulau Bawean, sempatkan diri Anda untuk berziarah ke makam keramat ini.
Lalu siapa Syekh Umar Mas'ud ini? Baca terus di halaman selanjutnya....
Dalam buku "Ulama Bawean dan Jejaring Keilmuan Nusantara Abad IXI-XX" karya Burhanuddin Asnawi diungkapkan bahwa Sayyid Maulana Umar Mas’ud atau yang dikenal dengan Pangeran Parigi datang ke Pulau Bawean diperkirakan pada abad ke-16.
Syekh Maulana Umar Mas'ud menjadi penyebar Islam yang mendapat pengaruh luas dari penduduk Bawean. Bahkan, ia berhasil mendirikan kerajaan Islam di pulau Bawean sejak 1601-1630,
Dalam catatan historiografi dan cerita tutur yang berkembang di masyarakat, terdapat dua keterangan yang menyebutkan silsilah Sayyid Maulana Umar Mas’ud.
Keterangan pertana menyebutkan, Sayyid Maulana Umar Mas’ud adalah cucu dari Sunan Drajat, yakni anak kedua dari Susuhunan Nojo Agung, putera Zainal Alim yang tertua.
Jika sumber ini benar, berarti silsilah Sayyid Maulana Umar Mas’ud bersambung kepada Sunan Ampel, karena Sunan Drajat atau yang lahir dengan nama Raden Qosim (lahir sekitar 1470) adalah putera bungsu Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila.
Sementara, keterangan kedua menyebutkan, Sayyid Maulana Umar Mas’ud adalah putera Maulana Maghribi yang meninggal di Palembang. Maulana Maghribi sendiri adalah putera Maulana Ishaq, yang silsilahnya bersambung hingga ke Rasulullah SAW.
Datangnya Sayyid Maulana Umar Mas’ud ke Pulau Bawean bermula ketika ia mengantarkan dan mendampingi saudaranya, yakni Pangeran Sekara yang menikah dengan puteri Cakraningrat, Raja Bangkalan Madura yang berkedudukan di Arosbaya.
Saat Pangeran Sekara tinggal di Arosbaya , Sayyid Maulana Umar Mas’ud melanjutkan perjalannnya menuju arah utara dan berlabuh di Pulau Bawean. Dari sini pula, kelak Umar Mas’ud mengajak Raja Babileonom penguasa pulau Bawean kala itu yang menganut Hindu-Buddha untuk memeluk Islam.
Namun, ajakan Umar Mas’ud ditolaknya hingga berujung pada tantangan sang Raja Babileono untuk perang tanding adu kesaktian. Dalam pertarungan tersebut Raja Babileono berhasil dikalahkan. Pusat kerajaan yang semula berkedudukan di Panaghi (daerah perkambungan Bulu Lanjang, atau di kawasan Sungai Raja, di Padheleman dan sekitarnyaI, oleh Umar Mas’ud dipindah ke kawasan Desa Sawah Mulya, Sangkapura.
Sayyid Maulana Umar Mas’ud wafat pada 1630 M. Penerus kerajaan Islam selanjutnya adalah putera satu-satunya hasil perkawinannya dengan puteri Pangeran Panembahan di Desa Komalasa, yang bernama Raden Ahmad Ilyas dengan gelar Pangeran Agung.
Sejak Umar Mas;ud mendirikan keajaan Islam di Pulau Bawean, ia juga menjadi juru dakwah yang dilanjutkan oleh keturunannya dari satu generasi ke generasi lainnya hingga menjadikan Islam mendapat sambutan luas masyarakat Bawan.
Berdasarkan catatan Jacob Vredenberg, sampai tahun 1743, Pulau Bawean berada di bawah kekuasaan Kerajaan Madura dan Raja Madura terakhir adalah Tjakraningrat IV dari Bangkalan. Kemudian datanglah VOC menduduki pulau Bawean dan memerintahnya lewat seorang prefect.