REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Momen Indonesia emas pada 2045 nanti adalah kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk memberikan kontribusi lokal dan nasional. Tak terkecuali, masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Sejarah membuktikan tingginya potensi sumber daya manusia NTT. Banyak tokoh nasional hingga internasional dilahirkan provinsi ini. Mulai dari ahli bahasa Gorys Keraf, mantan Menteri Keuangan Frans Seda, mantan Rektor UGM Prof Herman Johannes hingga banyak olahragawan dan seniman yang masih eksis di era sekarang.
Pekerjaan rumah bagi masyarakat NTT ke depan adalah mengoptimalkan potensi yang luar biasa itu menjadi menjadi kontribusi untuk mewujudkan Indonesia emas pada 2045.
Seabad kemerdekaan merupakan momen untuk mengevaluasi sejauh mana cita-cita kemerdekaan dapat dicapai oleh bangsa, dengan sumbangsih dari berbagai pihak termasuk anak bangsa dari berbagai wilayah Indonesia.
Untuk mengoptimalkan potensi SDM NTT itu pemerintah nasional, Pemprov NTT dan masyarakat diminta berkolaborasi dengan semua pihak.
Kesimpulan itu muncul dalam acara seminar nasional 'Masa Depan Manusia NTT Pembangunan Manusia NTT, Pembangunan Manusia di NTT dan Indonesia Emas 2045' di Universitas Nusa Nipa (Unipa), Nusa Tenggara Timur (NTT) Jumat (26/5/2023).
Seminar tersebut merupakan kerja sama antara Unipa dan Forum 2045. “Menyongsong 2045, (kuncinya) kembangkan kreativitas dan volunterisme,” ujar Dr Amin Subekti, co-founder Strategic Policy Institute, dalam keterangannya, Senin (29/5/2023).
Selain Amin Subekti, narasumber lain dalam kegiatan tersebut adalah Prof Suwarsih Madya (guru besar Pascasarjana Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta), Dr Felix Baghi SVD (dosen Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Maumere) dan Dr Jonas K G D Gobang, S Fil, (dosen Universitas Nusa Nipa, NTT).
Prof Suwarsih sangat mengapresiasi antusias para peserta seminar, tidak hanya dari kalangan dosen dan mahasiswa, melainkan juga dari kalangan pelajar SMA/SMK yang bertahan hingga akhir sesi diskusi.
Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh
Menurutnya, masyarakat NTT memiliki motivasi yang tinggi untuk maju, di tengah bayang-bayang keterbatasan sumber daya dan pengalaman.
Cara untuk menghadapi situasi itu, kata Suwarsih, adalah dengan pendidikan berbasis kearifan lokal, semangat nasional, wawasan global, untuk mengubah identitas menjadi glokal (global-lokal).
Terkait dengan pendidikan, Prof Suwarsih menyarankan agar pemerintah merancang konsep pendidikan ini sesuai dengan kondisi riil dengan mengumpulkan data langsung dari masyarakat, sehingga potensi sumber daya manusia yang tinggi itu dapat diarahkan ke berbagai ranah bidang yang diperlukan oleh provinsi berjuluk ‘Nusa Tetap Tentram’ itu.
Agar harapan itu tercapai, masyarakat diharapkan untuk memilih pemimpin memiliki visi keadilan sosial. Sebab, kepemimpinan sedemikian akan memiliki perhatian yang lebih serius dalam membangun kesetaraan dalam bidang pendidikan.
“Kita perlu memilih pemimpin yang memang mau menegakkan keadilan sosial secara riil, yang mau mendengarkan keluhan rakyat,” kata dia.
Forum 2045 adalah suatu inisiatif dari sejumlah akademisi dan aktivis sosial, berupa 'himpunan pemikiran', ruang bersama, ruang komunikasi dan dialog, serta pengembangan ruang akademik, yang diarahkan untuk membahas tantangan bangsa dalam menyongsong satu abad proklamasi kemerdekaan Indonesia.