REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Jamaah haji Indonesia selama di Madinah dijadwalkan akan melaksanakan program ziarah ke sejumlah tempat bersejarah. Progran ziarah ini diharapkan dapat memberikan hikmah atau pelajaran kepada jamaah haji.
Konsultan Ibadah Daker Makkah, KH Wazir Ali menjelaskan, ada dua aspek yang meliputi pelaksanaan program ziarah ini, yakni ibadah dan sejarah. Terkait ibadah misalnya, jamaah akan diajak berkunjung ke Masjid Quba. Masjid ini selain memberikan pelajaran berubah sejarah tapi ada aspek ibadah di dalamnya.
Kiai Wazir pun menjelaskan hadis berikut:
"Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia mendatangi masjid Quba’, lantas ia melaksanakan shalat di dalamnya, maka pahalanya seperti pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah, no. 1412, An-Nasai, no. 700. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Menurut Kiai Wazir, Rasulullah membangun Masjid Quba saat merintis peradaban di Madinah. Karenanya setiap Sabtu, Rasulullah menyempatkan sholat di Masjid Quba sebanyak dua rakaat.
"Jadi cukup sholat dua rakaat saja," kata dia.
Kedua, bergeser ke Masjid Qiblatain, ihwal ibadahnya tidak ada hadis yang shahih menyebutkan fadhilah hanya faktor kesejarahan. "Ngalap berkah, ingin tabaruk, karena di masjid itu Rasulullah menerima wahyu mengalihkan kiblat dari Masjdil Aqsa ke Masjidil Haram. Peninggalannya dua mihrab yang berlawanan," kata dia.
Di masjid tersebut, jamaah melaksanakan sholat sunnah dua rakaat seperti masjid yang lain.
Berikutnya Masjid Khandaq,masjid ini merupakan base camp Rasulullah bersama sahabat. Tak jauh ada pemukiman tempat sahabat Jabir bermukim. "Setelah perang Khandaq, ratusan sahabat yang lesu, kelaparan, awalnya Jabir hanya memasak untuk Rasulillah, lalu masakan itu ternyata cukup untuk para sahabat," paparnya.
Bergeser ke Uhud, ada unsur ritual di mana jamaah diajak mendoakan sahabat Uhud yang telah berjuang hingga Islam sampai ke belahan dunia lain termasuk ke Indonesia.
Sementara, untuk agenda lainnya adalah kebun kurma.