Selasa 30 May 2023 05:35 WIB

Harga Telur Naik, Pemerintah Buka Opsi Impor Jagung Terbatas

Harga telur ayam naik disebabkan meningkatnya biaya pakan ternak.

Petani memanen jagung Hibrida di persawahan Desa Giyono, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Ahad (16/10/2022).  Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan, impor jagung secara terbatas dapat menjadi opsi untuk mengendalikan harga telur ayam yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Petani memanen jagung Hibrida di persawahan Desa Giyono, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Ahad (16/10/2022). Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan, impor jagung secara terbatas dapat menjadi opsi untuk mengendalikan harga telur ayam yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan, impor jagung secara terbatas dapat menjadi opsi untuk mengendalikan harga telur ayam yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Ini karena meningkatnya biaya pakan ternak.

"Dibuka kemungkinan impor jagung secara terbatas. Selain jumlahnya terbatas, impor juga hanya digunakan untuk keperluan bahan pakan ternak," kata Edy di Jakarta, Senin (29/5/2023).

Baca Juga

Namun, untuk keputusan final mengenai pemberlakuan impor atau tidak, Edy mengatakan, kementerian/lembaga teknis terkait yang akan melakukan pengkajian. Edy mengakui kenaikan harga telur ayam ras dalam beberapa waktu terakhir menjadi perhatian pemerintah. Tidak hanya telur ayam ras, beberapa bahan pangan juga menunjukkan harga yang tinggi dibanding harga acuan pemerintah (HEP) seperti beras medium, daging ayam, jagung di tingkat peternak, bawang putih, dan gula pasir.

Untuk telur ayam, Edy menyebutkan penyebab kenaikan harga karena bahan utama pakan ayam yakni jagung relatif tinggi. "Harga jagung yang tinggi memang baik bagi petani, tetapi memberatkan para peternak yang merupakan pemakai utama jagung. Harga jagung tinggi membuat biaya produksi telur ayam menjadi tinggi," kata Edy.

Selain itu, kata Edy, beberapa peternak juga memutuskan untuk mengurangi jumlah ayam, sehingga pasokan telur di pasar berkurang. Kombinasi antara kenaikan biaya yang dipicu oleh tingginya harga jagung dan berkurangnya populasi ayam itu, ujar Edy, yang menyebabkan harga telur di pasar tinggi saat ini.

"Di satu sisi, hal itu baik bagi para peternak, tapi di sisi lain cukup memberatkan konsumen," ujar Edy.

Menurut situs Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga telur ayam di tingkat pengecer mencapai Rp 30.700 per kilogram. Harga telur ayam terus merangkak naik sejak Februari 2023 dari kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Bahkan jika dibandingkan Mei 2022, harga telur ayam saat itu hanya sebesar Rp 26 ribu per kilogram.

Di Indonesia, harga telur ayam ras tertinggi berada di Papua yang sebesar Rp 37.050 per kilogram. Menurut peta harga di Panel Harga Bapanas, di sebagian besar provinsi di seluruh Indonesia, harga telur ayam ras mencapai lebih dari 20 persen dibanding Harga Eceran Tertinggi atau Harga Acuan Pemerintah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement