Senin 05 Jun 2023 09:33 WIB

Survei: Sebagian Besar Pekerja Jepang Merasa Terbantu dengan ChatGPT

Sebanyak 76 persen karyawan di Jepang menyambut baik layanan AI seperti ChatGPT.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sekitar 80 persen pekerja di Jepang menginginkan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat langsung dikenali seperti mesin./ilustrasi
Foto: Unsplash
Sekitar 80 persen pekerja di Jepang menginginkan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat langsung dikenali seperti mesin./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak 76 persen karyawan di Jepang menyambut baik layanan AI seperti ChatGPT untuk membantu mereka mengambil keputusan yang tepat di tempat kerja. Namun, sebagian besar, yaitu 80 persen, menginginkan alat digital tersebut dapat langsung dikenali sebagai mesin.

Ini adalah hasil dari indeks tren otomatisasi 2023. Untuk penelitian ini, 1.000 karyawan di Jepang disurvei atas nama pameran perdagangan terkemuka untuk otomatisasi cerdas dan robotika "Automatica", yang akan dihelat 27 Juni - 30 Juni di Munich, Jerman.

Baca Juga

"Perangkat lunak robotika dan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dengan cepat membentuk tempat kerja di masa depan. Jika kita menggunakan teknologi ini dengan benar, kita dapat meningkatkan tempat kerja secara luas," kata Patrick Schwarzkopf, anggota dewan penasihat automatica di Messe Munich Jerman, seperti dilansir dari Japan Today, Senin (5/6/2023).

Jepang memiliki jumlah robot yang sangat banyak, sekitar 399 robot per 10 ribu karyawan di bidang manufaktur. Jepang berada di peringkat ketiga setelah Republik Korea dan Singapura, menurut laporan Federasi Robotika Internasional. 

Seiring dengan semakin dekatnya interaksi antara mesin dan manusia, orang-orang di Jepang menganjurkan pendekatan human-in-command. Sebanyak 81 persen mengatakan bahwa penggunaan teknologi digital perlu menyerahkan kendali kepada manusia. Saat ini, permintaan untuk robot industri di Jepang sangat didorong oleh kelangkaan semikonduktor global.

Hal ini menguntungkan industri listrik dan elektronik. Jepang juga melakukan upaya yang kuat untuk mendekarbonisasi ekonominya. Selain itu, kekurangan pekerja kronis di Jepang mendorong kebutuhan akan investasi dalam teknologi produksi modern.

Sementara itu, 70 persen orang berpikir bahwa robot membantu produsen untuk mengatasi kekurangan pekerja pabrik. Mayoritas menerima manfaat yang dapat diberikan oleh mesin pintar: 77 persen menyambut baik kehadiran robot di pabrik, untuk melakukan pekerjaan berbahaya seperti mengangkat beban berat atau tugas berbahaya yang melibatkan bahan berbahaya seperti bahan kimia.

"Kita perlu secara aktif mengelola transisi menuju kolaborasi yang baik antara mesin dan manusia, memastikan bahwa manusia tidak tertinggal. Bagaimana manufaktur tradisional berubah dan bagaimana tempat kerja di masa depan akan berkembang adalah salah satu topik utama di pameran terkemuka di dunia untuk otomatisasi pintar dan robotika Automatica 2023 di Munich Jerman,” kata Schwarzkopf.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement