REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri pertama, Selasa (6/6/2023). Ini akan meningkatkan kekhawatiran Barat pada kemampuan rudal Teheran. Berikut beberapa fakta program rudal Iran, salah satu yang terbesar di Timur Tengah.
Pengaruh Militer
Rudal hipersonik dapat terbang setidaknya 15 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan pada lintasan yang rumit sehingga sulit untuk dicegat.
Iran mengatakan rudal balistiknya dapat memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer dan dapat digunakan sebagai serangan pembalasan terhadap AS, Israel, dan target regional potensial lainnya.
Kekhawatiran tentang rudal balistik Iran berkontribusi pada keputusan mantan presiden Donald Trump yang secara sepihak membatalkan pakta nuklir Teheran pada 2018. Pakta nuklir ini disepakati pada 2015 antara Iran dengan enam kekuatan utama.
Menurut Kantor Direktur Intelijen Nasional AS, Iran dipersenjatai dengan jumlah rudal balistik terbesar di kawasan. Asosiasi Pengendalian Senjata mengatakan, rudal Iran sebagian besar merujuk desain Korea Utara dan Rusia. Mereka juga mendapatkan bantuan Cina.
The Arms Control Association mengatakan, Iran memiliki rudal balistik jarak pendek dan jarak menengah. Deretan rudal itu antara lain Shahab-1, dengan kisaran jangkauan 300 kilometer, Zolfaghar 700 kilometer.
Ada pula Shahab-3 antara 800 hingga 1.000 kilometer, dan Emad-1, rudal yang sedang dikembangkan dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer. Iran juga sedang mengembangkan rudal Sejiil dengan jangkauan 1.500 hingga 2.500 kilometer.
Rudal Jelajah
Iran memiliki rudal jelajah seperti Kh-55, senjata berkemampuan nuklir yang diluncurkan dari udara dengan jangkauan hingga 3.000 kilometer. Selain itu, Iran punya rudal antikapal canggih Khalid Farzh dengan jangkauan 300 kilometer yang bisa membawa hulu ledak 1.000 kg.
Serangan Regional
Arab Saudi dan AS meyakini Iran di balik serangan drone dan rudal terhadap fasilitas minyak berharga Saudi pada 2019. Namun Teheran membantahnya. Pada 2020, Iran meluncurkan serangan rudal terhadap pasukan pimpinan AS di Irak, termasuk pangkalan udara al-Asad.
Serangan ini sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan komandan tertinggi Iran, Qassem Soleimani, yang menimbulkan kekhawatiran munculnya konflik lebih luas di Timur Tengah.
Baca Juga: Israel Khawatir Rudal Hipersonik Baru Iran akan Sulit Dicegat
Kemudian pada 2022, Iran menunjukkan kehebatannya ketika menyerang Erbil di Irak utara dengan selusin rudal balistik. Serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya di ibu kota wilayah otonomi Kurdi Irak.
Mendukung Houthi di Yaman
Milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman juga menunjukkan penguasaan teknologi rudal yang meningkat. AS menuduh Iran mempersenjatai Houthi. Namun Teheran membantah. Houthi menembakkan sejumlah rudal balistik di Abu Dhabi dan menembakkan beberapa drone di Dubai, yang merupakan pusat bisnis regional.
Dalam serangan lain, Houthi menyerang pangkalan yang menampung militer AS di UEA. Namun serangan ini digagalkan oleh sistem pencegat rudal Patriot buatan AS. Serangan itu menyebabkan pasukan AS berlindung ke bunker.
Dukungan untuk Hizbullah
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran Hassan Nasrallah mengatakan, kelompok itu memiliki kemampuan mengubah ribuan roket menjadi rudal presisi dan memproduksi drone. Tahun lalu, ia mengatakan Hizbullah mampu mengubah roket standar menjadi rudal presisi melalui kerja sama dengan para ahli dari Iran.
Suriah
Menurut pejabat intelijen Israel dan Barat, Iran telah mengirimkan rudal berpemandu presisi ke Suriah untuk mendukung perjuangan Presiden Bashar al-Assad melawan pemberontak.
Iran juga memindahkan sebagian kapasitas produksinya ke kompleks bawah tanah di Suriah, di mana militer al-Assad dan pasukan pro-Teheran lainnya telah belajar membuat misil mereka sendiri.