REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna melakukan peninjauan titik banjir di Kelurahan Babakan, tepatnya di Kompleks Dian Permai. Kompleks ini dilaporkan memang menjadi kawasan langganan banjir.
Selama blusukan, Ema menemukan sejumlah hal yang disinyalir menjadi dalang datangnya banjir. Mulai dari tersendatnya aliran air di saluran-saluran pembuangan, dangkalnya kapasitas tampung saluran, juga kurangnya lahan resapan.
Sampah, kata Ema, juga menjadi penyebab betahnya banjir menggenang di wilayah yang berbatasan langsung dengan kelurahan Margahayu Utara tersebut. Oleh karenanya, dia meminta para perangkat wilayah mulai dari RT hingga camat untuk merutinkan kegiatan Jumat Bersih, terutama untuk menjaga kebersihan saluran pembungan air.
"Saluran yang dangkal bisa didalamkan, sesuai kebutuhan. Kemudian tadi juga ada Kali Cilimus yang sedang kita pikirkan untuk ditambah setengah meter, juga pembuatan kolam retensi," kata Ema di sela-sela tinjauannya di Komplek Dian Permai, Kelurahan Babakan, Kota Bandung, Rabu (7/6/2023).
Dia menjelaskan, untuk pembuatan kolam retensi akan segera dieksekusi begitu perangkat wilayah menyampaikan persetujuan warga. Ema memberikan, waktu hingga Ahad (10/6/2023) besok bagi ketua RW setempat untuk mengajak warganya berdiskusi dan memberikan keputusan terkait pembuatan kolam retensi di wilayah mereka.
"Saya yakin, dengan kolam retensi, walaupun kedalamannya hanya 4 meter itu bisa menampung cukup banyak dan memberikan dampak signifikan terhadap volume air yang selama ini sering meluap," kata Ema.
Ema menghimbau warga untuk tidak melakukan tindakan yang berpotensi mengganggu kelancaran aliran air. Seperti membuang sampah di saluran pembungan, menutup akses aliran air, atau membangun bangunan liar atau bedeng di jalur-jalur pengontrolan saluran air.
Dia juga meminta warga untuk bersama membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, agar potensi datangnya banjir bisa diminimalisir.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi menyebut, wilayah selatan Kota Bandung sebagai daerah krisis banjir. Hal ini merujuk pada rendahnya kontur tanah, berlebihnya kapasitas saluran-saluran air di hilir, dan diperburuk dengan banyaknya penyempitan aliran air (bottle neck).
Kondisi ini, sambung Didi, meningkatkan potensi terjadinya banjir di wilayah tersebut. "Iya, ini termasuk kritis, karena wilayah selatan memang lebih rendah datarannya, dan tinggi potensi banjirnya, banyaknya aliran bottleneck plus kapasitas aliran di hilir nya sudah over capasity juga jadi penyebab. Makanya jadi tersumbat dan akhirnya meluap di hulu," kata Didi kepada Republika saat ditemui di sela-sela peninjauan banjir di Kelurahan Babakan, Babakan Ciparay, Rabu (7/6/2023).
Didi mengatakan, untuk solusi jangka pendek yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah dengan membangun kolam retensi dan sumur resapan. Kedua cara itu, kata dia, merupakan upaya yang paling realistis dilakukan jika melihat kondisi wilayah rawan banjir di daerah selatan Kota Bandung, khususnya di Komplek Dian Permai, kelurahan Babakan yang memang langganan banjir sejak puluhan tahun silam.