Jumat 09 Jun 2023 00:23 WIB

Keretakan Jokowi-Megawati, Pengamat: Ada Perbedaan, Diam, Ngambek, Justru Karena Dekat

Pengamat menilai sikap ngambek Jokowi terhadap Megawati justru karena hubungan dekat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
eakraban Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widododalam Rakernas III PDIP. Pengamat menilai sikap ngambek Jokowi terhadap Megawati justru karena hubungan dekat.
Foto: Dok Republika
eakraban Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widododalam Rakernas III PDIP. Pengamat menilai sikap ngambek Jokowi terhadap Megawati justru karena hubungan dekat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri sempat dikabarkan merenggang lantaran cawe-cawe capres-cawapres untuk Pilpres 2024. Tapi, dalam Rakernas PDIP, keduanya kembali menunjukkan kedekatan.

Pengamat politik, Ari Nurcahyo mengatakan, itu menjadi poin positif bagi keduanya. Pasalnya, kedekatan Jokowi dan Megawati itu seakan menganulir semua kekhawatiran kalau selama ini terjadi keretakan antara keduanya.

Baca Juga

"Bahwa ada perbedaan perbedaan seperti di rumah, seperti ibu dan anak, ada perbedaan sikap diam dulu, sedikit ngambek, itu justru karena ada kedekatan pribadi orang bisa ngambek," kata Ari, Kamis (8/6/2023).

Ia berpendapat, jika tidak ada kedekatan pribadi, tidak mungkin bisa seseorang bersikap seperti itu. Dalam kasus U-20, misalnya, perbedaan pandangan Jokowi dan Megawati sebenarnya bisa dipandang sangat wajar.

Apalagi, perbedaan pandangan yang ada sangat tegas. PDIP menolak kedatangan Israel, sedangkan Jokowi ingin Piala Dunia U-20 tetap berlangsung. Jadi, ada perbedaan sikap Jokowi sebagai kader dan Jokowi sebagai presiden.

"Itu wajar, justru karena kedekatan," ujar Ari.

Direktur Eksekutif Para Syndicate itu menekankan, jika itu melibatkan partai lain sudah tentu Presiden Jokowi akan mengeluarkan sikap marah. Namun, karena melibatkan PDIP, Jokowi hanya bersikap seakan 'ngambek'.

Meski begitu, setelah itu hubungan tentu akan kembali mesra karena keduanya sama-sama kembali ke tujuan. Ari menekankan, tujuan Jokowi sebagai presiden dan Jokowi sebagai kader PDIP tentu akan tetap sama.

Menurut Ari, perbedaan pandangan seperti ini masih mungkin terjadi kembali dalam konteks lain. Sebab, PDIP pasti memiliki justifikasi sendiri, dan Presiden Jokowi juga memiliki justifikasi sendiri.

"Tapi, itu malah seperti anak dan ibu, sekesal kesalnya anak dan ibu, itu tetap saja sayang sama ibunya, ini, relasi personal ini yang tidak kita lihat, karena apapun Pak Jokowi DNA-nya PDIP, dia kader PDIP," kata Ari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement