Jumat 09 Jun 2023 04:00 WIB

Metode Baru Transplantasi Jantung Mampu Tingkatkan Jumlah Ketersediaan Organ

Tingkat keberhasilan metode baru transplantasi jantung sama seperti metode terdahulu.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Transplantasi jantung (ilustrasi). Sebagian besar donor jantung berasal dari pendonor yang memiliki kondisi mati otak atau otaknya tak berfungsi.
Foto: www.freepik.com
Transplantasi jantung (ilustrasi). Sebagian besar donor jantung berasal dari pendonor yang memiliki kondisi mati otak atau otaknya tak berfungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok peneliti dari Duke Health berhasil melakukan prosedur transplantasi jantung dengan pendekatan yang berbeda dari metode konvensional. Selain memiliki tingkat keberhasilan yang sama seperti metode konvensional, metode baru transplantasi jantung ini juga dapat meningkatkan ketersediaan jumlah organ jantung yang bisa didonorkan.

Sebagian besar donor jantung berasal dari pendonor yang memiliki kondisi mati otak atau otaknya tak berfungsi. Dalam kondisi mati otak, tubuh pendonor akan dibiarkan terpasang pada alat ventilator agar jantung yang akan didonorkan kepada pasien lain bisa terus berdetak.

Baca Juga

Setelah waktunya tiba, jantung dari pendonor akan diambil dan disimpan di es sebelum kemudian dicangkokkan pada penerima donor. Tim peneliti dari Duke Health melakukan prosedur transplantasi jantung dengan cara yang sedikit berbeda dari metode tersebut.

Alih-alih menggunakan jantung dari pendonor dengan kondisi mati otak, tim peneliti menggunakan organ jantung yang didapatkan melalui metode mati sirkulasi darah (DCD). Pada dasarnya, DCD merupakan metode yang sudah lama digunakan untuk mengambil organ ginjal atau organ lain yang akan didonorkan.

DCD biasanya dilakukan ketika pendonor mengalami cedera otak yang tak bisa diselamatkan, masih memiliki fungsi otak, dan alat penunjang hidupnya telah dilepas. Pada metode ini, organ diambil dari pendonor setelah jantung pendonor berhenti berdetak. Artinya, organ tersebut sempat tidak mendapatkan oksigen untuk sementara waktu sebelum diambil dan ditransplantasikan pada penerima donor.

Metode ini biasanya tak digunakan pada kasus transplantasi jantung karena jantung dinilai sebagai organ yang lebih rentan. Banyak ahli bedah yang khawatir metode ini akan merusak organ jantung karena ada momen di mana jantung tak mendapatkan pasokan oksigen.

Akan tetapi, tim peneliti dari Duke Health berhasil menyingkirkan kekhawatiran tersebut dengan metode baru yang mereka kembangkan. Dengan metode ini, jantung yang diambil dari pendonor menggunakan metode DCD akan disimpan terlebih dahulu pada sebuah mesin.

Mesin ini mampu "menghidupkan kembali" jantung dengan cara memompa darah dan nutrisi selama organ tersebut ditransportasikan

Studi terhadap metode baru ini telah dilakukan di sejumlah rumah sakit di Amerika Serikat.

Ada 180 penerima transplantasi jantung yang terlibat dalam studi ini. Setengah di antaranya menerima donor jantung DCD dan setengah lainnya menerima donor jantung yang berasal dari pendonor mati otak dan ditransportasikan dengan es.

Sekitar enam bulan setelah prosedur transplantasi dilakukan, para pasien memiliki tingkat kelangsungan hidup yang hampir sama. Pasien yang menerima donor jantung dari pendonor mati otak memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 90 persen

Di sisi lain, penerima donor jantung DCD memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 94 persen. Temuan ini telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement