REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Petugas penyelamat menemukan jenazah di antara reruntuhan jalan layang dan bangkai truk tanki yang terbakar di Philadelphia, pada Senin (12/6/2023). Penemuan ini terjadi ketika para pekerja bersiap untuk membongkar struktur jalur selatan I-95 yang tidak stabil.
Menteri Transportasi Negara Bagian Pennsylvania Mike Carroll mengatakan aparat belum mengidentifikasi identitas korban. "Saya akan menyerahkan kepada pemeriksa medis untuk mengomentari hal itu," katanya.
Perintah untuk membongkar jalur tersebut muncul setelah para pengawas menemukan bahwa balok-balok penyangga yang menopang jalur selatan sudah telah sangat lemah akibat ledakan. Dugaan sementara, pengemudi truk tangki berkapasitas 8.500 galon kehilangan kendali ketika mencoba untuk menyusuri tikungan di jalan keluar, yang akhirnya justru menabrak dinding di bawah jalan tol.
"Rekayasa dan pemeriksaan jembatan arah selatan mengindikasikan bahwa jalan layang ini mengalami kerusakan akibat kebakaran," kata Carroll. "Balok I tidak mampu menopang lalu lintas sehingga struktur tersebut harus dibongkar dan kami akan memulainya hari ini," ujarnya.
Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro telah memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki jalan raya utama yang menghubungkan dua kota terbesar di Pantai Timur, New York City dan Philadelphia, yang dilalui sekitar 160.000 kendaraan per hari.
"Kami memperkirakan pembongkaran akan selesai dalam empat atau lima hari," kata Carroll.
Sejauh ini polisi belum mengidentifikasi identitas pengemudi. Diduga sopir sedang mengangkut pengiriman bahan bakar ke pom bensin Wawa dan baru saja keluar dari jalan dari I-95 North ke Cottman Avenue, yang berada di bawah jalan raya ketika truk tanki itu meledak.
Polisi juga tidak mengungkapkan apakah pengemudi tewas akibat ledakan atau akibat tertimpa 500 ton beton, baja, dan puing-puing jembatan layang yang menimpa truk setelah ledakan.
Ketika ditanya apakah bagian jalan raya yang sekarang rusak ini sudah dilakukan pengecekan dan pemeriksaan, Carroll mengatakan jembatan layang itu baik-baik saja sebelum kecelakaan. Faktanya, jalan layang ini telah diperkuat kembali strukturnya sekitar tujuh tahun yang lalu, kata salah satu insinyur sipil terkemuka di negara ini kepada NBC News.
"Jembatan ini dinilai baik oleh DOT (Departemen Transportasi) Pennsylvania dan baru saja menjalani rehabilitasi besar-besaran pada tahun 2016," kata Andrew Herrmann, mantan presiden American Society of Civil Engineers. "Kemungkinan besar penyebab runtuhnya jembatan ini adalah ledakan panas yang sangat tinggi. Itulah yang kemungkinan besar menjadi fokus para penyelidik," katanya.
Herrmann mengatakan bahwa jembatan layang yang terbuat dari beton dan baja tampaknya tidak mudah terbakar, namun ia mengakui rentan terhadap panas yang tinggi. "Suhu dari kebakaran yang mengakibatkan ledakan jenis ini bisa mencapai 2.000 derajat," kata Herrmann.
"Gelagar baja yang menopang jembatan bisa kehilangan 50 persen kekuatannya pada suhu 1100 derajat. Demikian pula beton dapat kehilangan 50 persen kekuatannya pada suhu 950 derajat. Hilangnya kekuatan ini dapat menyebabkan kendur dan runtuhnya struktur," ujar Hermann.
Ketika ditanya apakah bagian jalan raya ini akan dibangun kembali dengan cara yang sama, Pejabat Kementerian Transportasi, Carroll mengatakan pada konferensi pers bahwa mereka melihat semua opsi. Namun, Herrmann mengatakan bahwa jalan layang ini telah memenuhi standar AASHTO (Asosiasi Pejabat Jalan Raya dan Transportasi Amerika) dan desain ini digunakan di jalan raya seluruh negara bagian di AS.