Kamis 15 Jun 2023 14:19 WIB

Mengurangi Sampah Plastik Berakhir di TPA dengan Cara Berkolaborasi

Kita Olah Indonesia telah memproses 900 ton sampah nonorganik dalam setahun.

Pekerja melakukan proses daur ulang produk sampah plastik.
Foto: Dok Republika.co.id
Pekerja melakukan proses daur ulang produk sampah plastik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) menunjukkan, baru tujuh persen dari 65 juta ton sampah di Indonesia yang berhasil didaur ulang. Adapun sekitar 69 persen sampah berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Saat ini, TPA di Indonesia mulai kewalahan dalam mengelola sampah yang masuk.

Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai institusi dalam rangka mengurangi sampah berakhir ke TPA, mulai institusi edukasi dan sosialisasi hingga institusi pelaku daur ulang. Program advokasi, edukasi, dan sosialisasi daur ulang sampah plastik Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) menjadi salah satu yang telah hadir sejak 2019.

YYADU! berkolaborasi dengan berbagai pihak dan menggencarkan kegiatan edukasi dan sosialisasi daur ulang sampah plastik. Director of Environment & Sustainability Affairs Responsible Care Indonesia, Hanggara Sukandar menjelaskan, pada mulanya, YYADU! terbentuk karena banyaknya anggapan masyarakat, produk ramah lingkungan adalah yang dapat terurai secara alami.

"Faktanya dalam menentukan suatu produk itu ramah lingkungan perlu ditinjau secara menyeluruh dari awal diproduksi hingga siklus daur ulangnya. Di samping itu, pengelolaan sampah yang masih mengandalkan TPA tanpa memproses sampah terlebih dahulu juga menjadi perhatian kami," kata Hanggara di Kota Bekasi dalam siaran pers, Kamis (15/6/2023).

Kali ini, YYADU! berkolaborasi dengan Kita Olah Indonesia, sebuah institusi dengan spesialis pengelolaan dan daur ulang sampah yang berlokasi di Bantargebang, Kota Bekasi. Beroperasi sejak 2021, Kita Olah Indonesia telah turut ambil andil dalam memproses sampah yang beredar di masyarakat.

Pendiri dan CEO Kita Olah Indonesia, Muhamad Andriansyah, menjelaskan, sejak terbentuk dua tahun lalu, organisasinya telah berupaya untuk memproses kurang lebih 900 ton sampah nonorganik dalam satu tahun dan tiga ton per harinya. Sampah yang diproses adalah jenis plastik mulai high value plastic waste, seperti HDPE, LDPE, PET, dan PS.

"Plastik-plastik tersebut sudah sepenuhnya dapat didaur ulang hingga low value plastic waste yang dianggap residu seperti multilayer," ujar Andriansyah. Kita Olah Indonesia mendaur ulang sampah plastik mulai dari limbah plastik bernilai tinggi, seperti botol bekas sampo, galon air mineral, jeriken, hingga tutupnya.

Menurut dia, setelah dipilah, sampah plastik akan dicacah hingga menjadi serpihan melalui mesin pencacah untuk kemudian dilebur dan didinginkan untuk kembali menjadi bahan dasar biji plastik. "Dalam prosesnya tentu tidak seindah yang dibayangkan. Banyak sampah yang kami terima masih kotor, terutama sampah botol yang masih beserta isinya," kata Andriansyah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement