REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Negara-negara ASEAN perlu segera menuntaskan pembahasan penggunaan sistem pembayaran Quick Response (QR) Code dan mata uang lokal sebagai strategi mencapai stabilitas keuangan kawasan.
Dalam diskusi panel Investasi ASEAN 2023 yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, Selasa (20/6/2023), Penasihat Khusus Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Reza Yamora Siregar mengatakan Indonesia mengajak negara-negara ASEAN bergerak demi mengurangi ketergantungan kepada dolar AS.
Untuk itu, penggunaan QR Code untuk penyelesaian pembayaran dan mata uang lokal untuk transaksi kawasan, menjadi salah satu hal yang harus diselesaikan. Reza mengatakan isu yang dibahas pemimpin G20 dan ASEAN adalah bagaimana mengembalikan pertumbuhan yang berketahanan dalam jangka pendek.
Menurut dia, pandemi COVID-19 menunjukkan dunia tidak pernah siap karena semua harus melakukan segalanya untuk mengatasi isu kesehatan.
"Kita bicarakan apapun, stimulus atau apapun? tapi tidak ada artinya," kata Reza.
Isu lain adalah keamanan pangan di mana tensi geopolitik kembali mengajarkan dunia bahwa pembahasan soal energi dan pangan akan ambisius. Negara-negara memberlakukan pembatasan ekspor sukarela untuk memastikan penduduknya cukup pangan dan cukup energi.
Indonesia mengangkat isu pertumbuhan berketahanan dan stabilitas keuangan ASEAN, dengan bergerak pada sistem jaring pengaman keuangan regional, termasuk Inisiatif Chiang Mai (CMI) yang merupakan kesepakatan pertukaran mata uang multilateral yang melibatkan ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan.
Reza mengungkapkan ASEAN ingin membangun stabilitas keuangan antaranggota, termasuk bagaimana tidak menggunakan dolar AS yang sebelumnya tidak pernah dibicarakan bersama. Digitalisasi keuangan memungkinkan itu terjadi dengan penggunaan QR code sebagai sistem pembayaran, dan penggunaan mata uang lokal di kawasan.