Jumat 23 Jun 2023 01:48 WIB

Seusai Ingar Bingar Laga Kontra Argentina

Bisa dibilang sepak bola Indonesia kini telah bangkit dari tidur.

Suporter timnas Indonesia memberikan dukungan saat laga FIFA Matchday Indonesia vs Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (19/6/2023).
Foto:

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Timnas sepak bola Indonesia harus mengakui kekuatan Argentina dan menelan kekalahan 0-2 dalam laga FIFA matchday di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senin (19/6/2023) malam setelah gawang Ernando Ari dibobol oleh gol tendangan jarak jauh Leandro Paredes dan sundulan Cristian Romero. Hasil itu menutup rangkaian jadwal FIFA matchday timnas Indonesia pada Juni 2023, setelah sebelumnya menahan imbang Palestina dengan skor 0-0 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (14/6/2023).

Bagi timnas Indonesia, khususnya para penggawa skuad Garuda, pengalaman bertanding melawan Argentina tentu akan menjadi cerita indah dalam karier sepak bolanya.

Para pemain Argentina yang biasanya hanya dapat disaksikan di layar kaca atau gawai, atau mungkin dimainkan dalam video game, kini telah dihadapi langsung, dapat ditekel, dapat membenturkan tubuh saat berebut bola, dan lain sebagainya. Lihat saja duel antara bek sayap Indonesia Asnawi Mangkualam vs gelandang muda Argentina Garnacho atau lemparan ke dalam Pratama Arhan yang sempat membuat kiper Argentina Emiliano Martinez berjibaku.

Mungkin saja di kalangan para pemain Indonesia sempat terbesit kecemasan atau rasa khawatir karena lawannya adalah Argentina, tim peringkat satu dunia pemilik tiga trofi Piala Dunia. Namun, dalam berbagai kesempatan, pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong telah meminta agar anak-anak asuhnya menikmati kesempatan superlangka tersebut. Buktinya, terutama di babak kedua, para penggawa Garuda bisa dibilang bisa mengimbangi permainan skuad Albiceleste.

Kedatangan Argentina juga menjadi bagian penting dari upaya PSSI dalam menyeimbangkan kualitas lawan-lawan yang dihadapi pada FIFA matchday. Hal itu terlihat dari peringkat lawan-lawan timnas Indonesia.

Setelah bermain kontra Burundi yang menduduki posisi 145 di daftar peringkat FIFA, kemudian Palestina yang menghuni posisi ke-93, teranyar tim Merah Putih lompat jauh ke tim peringkat satu dunia, atau seperti disebut anak muda sekarang sebagai "raja terakhir."

Ketua Umum PSSI Erick Thohir pernah berseloroh bahwa pelatih Shin meminta didatangkan tim-tim dengan peringkat yang lebih baik untuk menghadapi Indonesia yang saat ini berada di peringkat 149 dunia. Saat PSSI berhasil mendatangkan skuad Albiceleste, maka Shin pun menjadi pusing dalam artian positif.

 

Seusai laga bersejarah itu, dunia kini bisa melihat sepak bola Indonesia bangun dari tidur. Dampaknya pun bisa ke mana-mana, termasuk dari sisi ekonomi di tanah air. Meski memang PSSI tidak pernah mengumumkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan tim juara Piala Dunia 2022 tersebut, salah satu media Amerika Serikat (AS) pernah mengulas bahwa biaya untuk mendatangkan Argentina berada di kisaran lima juta dolar S atau sekira Rp 74 miliar.

Berapa pun biayanya, dapat dipastikan besar. Tentu karena PSSI bukan badan amal, organisasi tersebut harus berhitung cermat untuk meminimalkan kerugian, justru mestinya dengan pengelolaan yang benar, pertandingan ini dapat menghasilkan keuntungan bagi PSSI.

Hal itu sejalan dengan konsep-konsep industrialisasi dan komersialisasi sepak bola yang kerap digaungkan Erick. Bukan apa-apa, tapi sebagai seorang pengusaha, Menteri BUMN ini tentu berharap ke depannya sepak bola dapat menjadi bisnis yang menguntungkan.

Terbukti, berkat nama besar Argentina, tiket pertandingan tersebut pun laku keras bak kacang goreng. Di media sosial, muncul komentar-komentar yang menyatakan bahwa "war" untuk mendapatkan tiket Indonesia kontra Argentina seperti persaingan untuk membeli tiket konser musik Coldplay alias persaingannya sangat ketat.

Bagi PSSI dan para sponsor, pertandingan melawan Argentina juga menjadi kesempatan yang sangat tepat untuk memasarkan produk lebih invasif lagi ke masyarakat. Mulai dari jersei Indonesia dan Argentina, merchandise, pernak-pernik, atau segala hal yang terkait pertandingan untuk dibeli dan dikonsumsi masyarakat gila bola di Indonesia.

Roda ekonomi juga berputar kencang. Penjualan tiket pesawat bagi para calon penonton dari luar Jakarta, keterisian kamar-kamar hotel, dan kebutuhan makan-minum melonjak untuk memenuhi kebutuhan para penonton. Sepak bola, terlebih sepak bola modern, memang semestinya seperti itu. Bukan hanya menyenangkan untuk dimainkan dan disaksikan, tapi juga mendatangkan manfaat ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement