REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi digital menjadi salah satu pendorong penciptaan ekosistem ekonomi syariah digital serta industri fintech syariah. Transaksi pembelian produk halal di e-commerce makin meningkat di tahun 2022.
"Peran digitalisasi pada kinerja perdagangan produk halal di e-commerce semakin nyata tercermin dari meningkatnya transaksi di tengah masyarakat yang sudah semakin pulih," ujar Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Mohammad Rudy Salahuddin dalam Acara I Do Care Berbagi Kurban Untuk Negeri Kolaborasi Huawei dengan Republika di Masjid Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023).
Ia menambahkan, transaksi pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) juga sangat penting dalam mendorong ekosistem ekonomi syariah. Tak hanya itu, praktik Ziswaf berupa penggalangan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf secara daring pun semakin membuka peluang masyarakat untuk berkontribusi.
"Kemudahan platform digital dalam pengumpulan dana ini semakin menjangkau lebih banyak donatur," ucapnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, total nilai transaksi produk halal di e-commerce dari Januari hingga November 2022 sebesar Rp 20,45 triliun atau naik 29,93 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Sebagai rumah bagi umat Muslim dengan populasi sebesar 241,7 juta orang pada tahun 2022 atau 87 persen dari total penduduk, pengeluaran umat Muslim Indonesia untuk produk dan layanan halal diproyeksikan meningkat sebesar 14,96 persen pada tahun 2025 yaitu 281,6 miliar dolar AS, yang menjadikan Indonesia sebagai konsumen pasar halal terbesar di dunia atau 11,34 persen dari pengeluaran halal global.
Bank Indonesia memperkirakan sektor prioritas Halal Value Chain (HVC) di dalam negeri, yaitu pertanian, makanan dan minuman halal, fesyen Muslim dan pariwisata ramah Muslim akan tumbuh sebesar 4,5-5,3 persen pada 2023, yang diproyeksikan mampu menopang lebih dari 25 persen ekonomi nasional. Pemerintah Indonesia juga telah menyusun berbagai strategi untuk menangkap peluang yang sangat potensial pada pasar industri halal.
Salah satu caranya dengan mengoptimalkan bonus demografi untuk membuka peluang bagi pelaku industri halal nasional dalam meningkatkan produksi, guna mengisi permintaan dalam dan luar negeri. Selain itu, masyarakat Indonesia juga harus diarahkan untuk menggunakan produk halal buatan negeri sendiri.