Sabtu 24 Jun 2023 17:07 WIB

Ingatkan Jamaah Haji, Waketum PBNU: Mina Jadid adalah Mina

Para ulama sudah berfatwa bahwa mabit di Mina Jadid adalah Mina.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah haji tiba untuk melakukan ritual rajam simbolis setan di Jembatan Jamarat selama ziarah haji dekat Mekah, Arab Saudi, 11 Juli 2022. Peziarah yang mengakhiri hari kedua Tashreeq, tinggal dua hingga tiga hari di lembah Mina, akan meninggalkan daerah Jamarat dan menuju ke Mekah untuk Tawaf Perpisahan. Otoritas Umum Saudi untuk Statistik mengumumkan bahwa total 899.353 jemaah melakukan ritual haji tahun ini termasuk 779.919 jemaah dari luar negeri, pada tahun pertama Kerajaan mengizinkan jemaah haji luar negeri sejak pembatasan pada tahun 2020 sebagai bagian dari upaya untuk mengekang penyebaran virus corona.
Foto: EPA-EFE/ASHRAF AMRA
Jamaah haji tiba untuk melakukan ritual rajam simbolis setan di Jembatan Jamarat selama ziarah haji dekat Mekah, Arab Saudi, 11 Juli 2022. Peziarah yang mengakhiri hari kedua Tashreeq, tinggal dua hingga tiga hari di lembah Mina, akan meninggalkan daerah Jamarat dan menuju ke Mekah untuk Tawaf Perpisahan. Otoritas Umum Saudi untuk Statistik mengumumkan bahwa total 899.353 jemaah melakukan ritual haji tahun ini termasuk 779.919 jemaah dari luar negeri, pada tahun pertama Kerajaan mengizinkan jemaah haji luar negeri sejak pembatasan pada tahun 2020 sebagai bagian dari upaya untuk mengekang penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji sering mendengar istilah Mina Jadid. Sebenarnya, istilah tepatnya bukan Mina Jadid atau Mina Baru, tetapi perluasan area Mina. Ini diijtihadkan seiring dengan bertambahnya jumlah jamaah haji, sementara area Mina tidak bertambah, mulai dari zaman Rasulullah SAW hingga kini.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa, menjelaskan tentang mabit atau menginap atau bermalam di Mina Jadid. Para ulama sudah berfatwa bahwa mabit di Mina Jadid adalah Mina.

Baca Juga

Ia mengatakan, maka jamaah haji harus meyakini fatwa para ulama tersebut. "Jadi para jamaah haji tidak harus ragu dengan yang mengatakan ini (Mina Jadid) bukan Mina, sehingga kemudian ragu dan harus bergeser ke satu tempat dalam kondisi dipaksakan," kata Kiai Zulfa saat diwawancarai di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah, Jumat (23/6/2023).

Kiai Zulfa mengingatkan jamaah haji Indonesia agar meninggalkan keraguan kemudian ambil yang yakin. Kalau ulama sudah memutuskan itu pasti sudah berdasarkan pertimbangn dalil dan kajian dengan sangat matang.

Sebagaimana diketahui, kondisi cuaca di Makkah sangat panas bisa mencapai 46 derajat celsius, diperkirakan cuaca akan lebih panas lagi di padang Arafah tempat jamaah haji wukuf. Sehubungan dengan itu, jamaah haji Indonesia diimbau untuk wukuf di dalam tenda saja.

Kiai Zulfa juga mengingatkan bahwa tidak ada tuntunan secara khusus orang harus wukuf di Jabal Rahmah. Jika ada yang mengatakan Nabi Muhammad SAW wukuf di Jabal Rahmah, menurut para ulama itu tidak ada penjelasan haditsnya yang shahih.

"Dalam kondisi sekarang apalagi ketika cuaca ekstrem panas, jamaah haji sebaiknya tetap wukuf di tenda," kata Kiai Zulfa.

Kiai Zulfa mengingatkan, setelah wukuf, perjalanan ibadah haji masih panjang. Jamaah haji masih harus ke Muzdalifah untuk mabit dan mengambil batu. Selanjutnya jamaah haji mabit di Mina dan melempar jumrah. Setelah itu jamaah haji masih harus melakukan tawaf ifadah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement