Kamis 29 Jun 2023 16:47 WIB

Masjid Istiqlal Berlakukan Pembagian Kurban Melalui Proposal yang Diajukan Warga

Pembagian kurban tidak lagi dengan sistem perorangan lewat pembagian kupon.

Rep: Eva Rianti/ Red: Andri Saubani
Jamaah melaksanakan ibadah shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Jamaah melaksanakan ibadah shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Istiqlal memberlakukan sistem pembagian hewan kurban melalui proposal yang diajukan oleh perwakilan warga, baik dari pengurus masjid atau mushala, lembaga swadaya masyarakat (LSM), ataupun organisasi kemasyarakatan. Hal itu sebagai upaya antisipasi mengurangi kemungkinan buruk dari sistem perorangan melalui kupon, di antaranya masalah kerumunan.

"Pembagiannya tidak secara langsung lagi dengan mekanisme pembagian kupon yang tradisional. Sekarang pembagian tahun ini dan sudah beberapa tahun belakangan ini dilakukan sudah melalui proposal terlebih dahulu, perwakilan-perwakilan warga yang ada di sekitar, masjid tetangga dengan Istiqlal, mushala, rumah yatim, rumah jompo, perkumpulan difabel tuna netra, tuna rungu, jauh-jauh hari sudah masukkan proposal ke kami," kata Ketua Panitia Idul Adha Masjid Istiqlal, Abu Hurairah kepada Republika di Jakarta, Kamis (29/6/2023).

Baca Juga

Abu menjelaskan, menurut catatannya, ada sebanyak 100 proposal yang masuk ke Masjid Istiqlal. Setidaknya dalam satu proposal ada 200 nama, sehingga ada sekitar 20 ribu nama yang diajukan untuk menjadi calon penerima hewan kurban. Proposal-proposal itu tidak semuanya di-ACC karena jumlah daging dadi 43 ekor sapi dan delapan ekor kambing dinilai tidak cukup.

"Belum tentu (dapat semuanya 20 ribu). Disesuaikan dengan jumlah daging, kalau segitu, enggak cukup mungkin. Paling kami akali umpamanya dari masjid A untuk 150 jiwa kita kasih jatahnya 70 jiwa, terserah dia mau bagi-baginya gimana yang penting enggak kecewa, jadi nanti yang datang ke Istiqlal perwakilan saja, masyarakat tidak perlu datang," jelas dia.

Abu mengatakan, pemberlakuan sistem tersebut sudah dilakukan sejak Prof. Nasaruddin Umar menjadi imam besar Masjid Istiqlal, artinya sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu. Hal itu dilakukan sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi dengan sistem kupon perorangan.

"Zaman dulu kacau, orang sampai nginep-nginep, terjadi pingsan, lalu dapat daging kurban dijual. Ada juga orang-orang dari Purwakarta sampai ke sini, ngapain coba? Nah, sekarang pembagiannya lebih terhormat tidak menimbulkan kerumunan," tutur dia.

Namun, sistem tersebut diakui juga ada sisi risikonya yakni mengenai sampai atau tidaknya daging ke tangan-tangan yang memang membutuhkan. Abu pun mengakui hal itu.

"Semua kebijakan pasti ada kekurangan dan risiko. Tentunya kami sudah pertimbangkan manfaat dan mudharatnya. Lebih banyak manfaat (sistem baru). Tapi untuk memastikan kami kan menunggu mereka mendokumentasikannya, jadi ada foto-foto pada saat dibagi ke warga, ada video, ada banner, KTP juga dicek. Selebihnya kalau mereka masih curang, enggak tahu lagi, yang penting daging sudah sampai ke mereka ya tanggung jawab mereka," ungkap dia.

Masjid Istiqlal diketahui menerima sebanyak 43 ekor sapi dan delapan ekor kambing pada penyelenggaraan Idul Adha 1444 Hijriyah/ 2023 Masehi. Puluhan ekor hewan kurban tersebut berasal dari Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, hingga sejumlah pengusaha.

Para menteri yang turut menyumbangkan diantaranya Menteri ESDM, Menteri Perhubungan, Menteri Agama, dan Menteri LHK. Lalu juga Kapolri dan Densus 88. Untuk perorangannya diantaranya Mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri, Yusuf Hamka, dan Ramli Rasidin.

Pengurus Masjid Istiqlal menyampaikan tidak melakukan penyembelihan hewan kurban pada hari ini yang bertepatan pada Hari Raya Idul Adha, Kamis (29/6/2023). Penyembelihan bakal dilakukan pada Sabtu (1/7/2023) mendatang.

"Penyembelihan bukan dilakukan hari ini dan bukan besok juga. Tetapi hari kedua Tasyrik (Sabtu, 1 Juli 2023)\" kata Abu.

Abu menjelaskan, alasan penentuan waktu penyembelihan tersebut kaitannya dengan kesiapan personel yang bertugas dalam proses penyembelihan. Menurutnya, lusa adalah waktu yang paling pas.

"Kalau hari ini enggak mungkin kami sembelih kan persiapan hari ini capek teman-teman (petugas), kemudian besok hari Jumat enggak mungkin juga karena kami harus mempersiapkan shalat Jumat. Jamaah bubar jumatan kan teman-teman mesti kerja beres-beres tenaganya lari ke sana. Nah dipilihlah hari Sabtu yang agak lowong (luang) dari pagi," jelas Abu.

Menurut penuturan Abu, jumlah personel yang bertugas dalam melakukan proses penyembelihan mencapai hingga sekitar 180 orang. Jumlah itu sudah termasuk personel dari rumah pemotongan hewan (RPH) yang bekerjasama dengan Masjid Istiqlal dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement