Sabtu 01 Jul 2023 12:10 WIB

Polisi Tangkap Pria Amerika Serang dan Coba Cium Anggota Parlemen Muslimah

Maryam Khan adalah muslimah pertama terpilih menjadi Dewan Perwakilan Connecticut.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
 Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah pelaksanaan sholat Idul Adha pada Rabu (28/6/2023), seorang pria dari negara bagian Amerika Serikat di Connecticut ditangkap dan didakwa setelah menyerang seorang anggota parlemen muslim, Maryam Khan. Pria bertato itu, Andrey Desmond (30 tahun) bahkan mencoba mencium Maryam Khan. 

Maryam Khan adalah muslimah pertama yang terpilih menjadi Dewan Perwakilan Connecticut tahun lalu. "Saat meninggalkan lokasi sholat Idul Adha di pusat kota Hartfort, Andrey Desmond diduga mendekatinya dengan membuat komentar cabul, mencoba menciumnya dan kemudian memukulnya dan melemparnya ke tanah," kata polisi kepada NBC News

Baca Juga

Polisi mengatakan, Maryam Khan menderita luka ringan dan menerima perawatan di tempat kejadian. Sementara, Desmond yang diketahui berasal dari New Britain, Connecticut, langsung ditahan oleh warga sipil di tempat kejadian. 

Selanjutnya, Desmond ditangkap dan didakwa melakukan penyerangan tingkat tiga, pengekangan yang melanggar hukum, melanggar perdamaian dan mengganggu polisi, kata pernyataan polisi. Dia ditahan dengan jaminan 250 ribu dolar AS dan dijdwalkan akan muncul di pengadilan lagi pada 17 Juli 2023.

Tidak ada permohonan yang dibuat, tetapi selama dakwaan Desmond pada Kamis (29/6/2023), pengacaranya mengatakan, Desmond memiliki riwayat masalah kesehatan mental, termasuk menghabiskan enam bulan di fasilitas rawat inap di New York.

Saat ini, Maryam Khan tidak ingin mengomentari insiden tersebut. Namun, Ketua DPR Connecticut Matt Ritter dan Pemimpin Mayoritas Jason Rojas mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka telah menghubunginya. Kata mereka, Maryam Khan masih trauma dan sedang memprioritaskan pemulihan.

“Peristiwa traumatis ini menjadi tantangan bagi Perwakilan Khan dan keluarganya, dan dia saat ini fokus menerima perawatan medis dan dikelilingi oleh orang yang dicintainya,” kata mereka, Sabtu (1/7/2023). 

Sementara, pemimpin hak-hak sipil Muslim di Connecticut mengungkapkan kekecewaannya bahwa kejahatan rasial tidak termasuk dalam tuduhan Desmond, dan mereka menyerukan pihak berwenang untuk melihat lebih dalam kemungkinan bahwa serangan itu didorong oleh keyakinan atau agama Maryam Khan.

Undang-undang kejahatan kebencian Connecticut mencakup mengancam, melecehkan, atau menyakiti seseorang berdasarkan ras, agama, etnis, kecacatan, jenis kelamin, orientasi seksual, atau identitas gender mereka.

"Perwakilan Khan dan keluarganya mengenakan jilbab, jilbab Muslim," kata ketua Dewan Hubungan Amerika-Islam Connecticut, Farhan Memon. 

“Seseorang tidak perlu mengucapkan kata-kata, 'Saya menyerang Anda karena Anda seorang Muslim.' ... Kami berharap alih-alih hanya memperlakukan ini sebagai serangan, negara benar-benar membawa tuduhan yang bias," jelasnya. 

Dua petugas telah ditempatkan di lokasi pelaksanan sholat Idul Adha tersebut pada pagi hari. Sementara, ada sekitar 4.000 orang yang mengikuti acara besar tersebut. Karena itu, menurut Memon, polisi seharusnya lebih banyak yang hadir di daerah tersebut.

“Kami sebagai sebuah organisasi merasa sangat kuat bahwa perlindungan polisi tidak memadai, mengingat acara sebesar ini,” katanya. "Polisi tidak ditemukan di mana pun ketika insiden ini terjadi," ucaonya. 

Letnan Polisi Hartford, Aaron Boisvert mengatakan, serangan itu terjadi hampir satu jam setelah acara berakhir dan shift petugas telah berakhir saat itu. Mereka yang akhirnya merespons berasal dari divisi yang berbeda. 

“Petugas sudah menyimpulkan detailnya," katanya kepada NBC News.

Memon pun mengungkapkan komunitas Muslim di Connecticut terguncang oleh insiden tersebut. Menurut dia, orang-orang yang berada di lokasi kejadian ketakutan. 

“Jika Anda mengidentifikasi secara kasat mata sebagai seorang Muslim, apakah itu dengan mengenakan jilbab atau berjanggut atau memakai topi kufi, apakah ada seseorang yang akan datang dan mengatakan sesuatu, melakukan sesuatu?  Kami juga hidup di masa di mana orang bisa membawa senjata tanpa izin. Jadi semua hal ini membuat orang sangat khawatir untuk tampil di depan umum sebagai Muslim," kata Memon. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement