ruzka.republika.co.id--RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam rangka ibadah haji dan umroh. Seminar ini memiliki tajuk utama: “Pentingnya Vaksinasi Pneumonia untuk Jemaah Haji dan Umroh” yang digelar secara webinar, Selasa 27 Juni 2023 lalu.
Ibadah haji adalah pertemuan massal terbesar yang mencakup jutaan muslim di seluruh dunia. Sekitar tiga juta muslim yang berasal dari 183 negara dunia melakukan haji setiap tahun di Makkah, Arab Saudi.
Mereka pergi dari satu tempat ke tempat lain di Makkah, Arab Saudi, selama 5 hari untuk menyelesaikan dasar-dasar ritual haji. Tingginya mobilitas, keberagaman daerah asal jemaah dan banyaknya kerumunan yang terjadi saat ibadah ini meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit. Penyakit menular yang paling umum selama haji adalah pneumonia.
Pneumonia adalah penyebab utama rawat inap di rumah sakit. Selain transmisi droplet, kondisi kelelahan, cuaca panas, dan berbagai penyakit penyerta jemaah terutama lansia juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu, pencegahan pneumonia melalui vaksin perlu disosialisasikan melalui edukasi yang komprehensif.
Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh dr. Rakhmi Sukmadewanti yang merupakan Dokter Umum RSUI.
Narasumber pada seminar yakni dr. Muhammad Hafiz Aini, Sp.PD yakni seorang dokter spesialis penyakit dalam di RSUI.
Mengawali materi dengan menampilkan beberapa data terkait situasi kesehatan haji. Sebanyak 64% dari total jemaah haji memiliki faktor risiko dan gangguan kesehatan yang dapat mengganggu pelaksanaan ibadah haji.
Semakin bertambah usia jemaah, risiko penyakit tersebut juga semakin meningkat. Berdasarkan Data Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi tahun 2016-2019, angka jemaah haji yang dirawat di RS Arab Saudi mengalami peningkatan. Dengan melihat data tersebut, persiapan kesehatan sebelum keberangkatan penting untuk dilakukan.
Pneumonia menjadi penyakit nomor satu terbanyak yang diderita jemaah haji yang mendapatkan perawatan inap di KKHI dan RS Arab Saudi.
Pneumonia merupakan peradangan pada paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan jamur. Pada kondisi tersebut, kantung udara paru (alveoli) membengkak yang disertai produksi cairan atau nanah sehingga membuat sesak dan sulit bernapas.
"Sebanyak 20%-25% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri S.pneumonia. Penyakit ini dapat menular melalui percikan dahak (sputum) saat penderita batuk atau bersin. Gejala pneumonia dan flu hampir sama, sehingga beberapa orang bingung terkait perbedaannya," ujar dokter Hafiz dalam siaran pers yang diterima, Senin (03/07/2023).
Dokter Hafiz mengatakan pada penyakit flu, biasanya gejala lebih ke saluran pernapasan atas misalnya gejala pilek. Sementara pada pneumonia, gejalanya lebih ke saluran pernapasan bawah dan rasa sesaknya lebih parah. "Flu dan pneumonia bisa saling memepengaruhi dan saling mencetuskan, bahkan bisa terjadi keduanya," katanya.
Kemudian dokter Hafiz menjelaskan beberapa contoh gejala pneumonia, diantaranya sesak napas, batuk (dahak bisa berwarna kehijauan kuning), demam berkeringat dan menggigil, napas cepat dan pendek, hilang nafsu makan, dan adanya nyeri dada tajam atau menusuk. Jemaah haji berisiko terkena pneumonia karena makin meningkatnya paparan faktor risiko infeksi, mulai dari perubahan lingkungan dan suhu yang drastis, adanya kepadatan massa di tempat ritual ibadah haji, serta adanya penyakit penyerta yang diderita oleh jemaah haji.
Pneumonia dapat dicegah, vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit ini. Vaksin pneumokokus membantu melindungi dari lebih dari 90 jenis bakteri pneumokokus. Vaksinasi dapat menurunkan risiko infeksi pneumonia hingga 2,1 kali dan kasus tanpa gejala hingga 2,2 kali. Vaksin dapat merangsang tubuh untuk mengenali dan membentuk antibodi lebih dini untuk melawan infeksi.
Ada 2 jenis vaksin pneumonia di Indonesia, yaitu polisakarida dan konjugat. Pada jenis polisakarida, vaksin ini dapat mengaktifkan sel B dan memiliki 23 serotipe, sementara pada jenis konjugat, vaksin ini dapat mengaktifkan sel B dan sel T, serta memiliki 13 serotipe.
Vaksin konjugat dapat diberikan mulai dari usia 19 tahun, sementara vaksin polisakarida dapat diberikan mulai usia 50 tahun. Pemberian vaksin pneumonia cukup 1 dosis dan dapat diulang dengan variasi yang berbeda. Jika seseorang belum pernah divaksin pneumonia sama sekali, maka di awal sebaiknya menggunakan vaksin konjugat.
Pada jemaah haji dan umroh sebaiknya melakukan vaksinasi pneumonia minimal 2 minggu sebelum keberangkatan, sebanyak 1 dosis dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain.
"Selain itu terdapat beberapa pencegahan lainnya, diantaranya cuci tangan dengan teratur, membersihkan dan mendisinfeksi permukaan yang sering disentuh, menutup mulut dan hidung saat batuk, tidak merokok dan membatasi kontak dengan asap rokok, serta lebih menjaga kesehatan bagi orang yang imunitasnya lemah," jelas dokter Hafiz.
Di akhir, Dokter Hafiz membagikan beberapa tips sebelum berangkat haji dan umrah, diantaranya:
1) Lakukan pemeriksaan kesehatan maksimal 4 minggu sebelum berangkat ke tanah suci, jika ada masalah kesehatan, konsultasikan ke dokter agar tidak mengganggu ibadah Anda.
2) Lakukan vaksinasi pneumonia.
3) Siapkan obat yang dibutuhkan, pastikan jumlah obat tercukupi hingga Anda kembali ke rumah.
4) Pastikan kelengkapan dokumen kesehatan yang perlu dibawa. Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 110 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, diantaranya pertanyaan mengenai apakah pasien dengan epilepsi boleh diberikan vaksin pneumonia.
Dokter Hafiz menambahkan jika epilepsi sedang kambuh vaksin pneumonia tidak bisa diberikan, sehingga kondisinya perlu distabilkan dulu dan konsultasi ke dokter spesialis saraf untuk pemberiannya. "Jika kondisi sudah stabil Insyaallah vaksin pneumonia dapat diberikan," ucapnya.
Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai keluhan atau pertanyaan terkait penyakit pneumonia atau persiapan haji dan umroh, dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.
Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=NKV_UdTlEws . Sampai bertemu kembali di ajang bicara sehat berikutnya!. (Rusdy Nurdiansyah)