Kamis 06 Jul 2023 00:08 WIB

Tiga Warga Gunungkidul Tewas Positif Antraks: Terungkap Sapi Mati yang Dikubur Digali Lagi

Tradisi mbrandu diduga ikut jadi penyebab antraks mewabah di Dusun Jati Gunungkidul.

Petugas menunjukkan foto infeksi kulit yang menyerang warga terpapar antraks. Antraks tengah mewabah di Kabupaten Gunungkidul, tiga warga meninggal dunia. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko
Petugas menunjukkan foto infeksi kulit yang menyerang warga terpapar antraks. Antraks tengah mewabah di Kabupaten Gunungkidul, tiga warga meninggal dunia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Idealisa Masyrafina, Antara

Wabah antraks merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, dan terungkap masyarakat setempat menggali kembali hewan ternak yang mati dan sudah dikubur, untuk kemudian dikonsumsi dagingnya. Hingga kini, dilaporkan ada tiga warga setempat meninggal dunia dengan status positif antraks.

Baca Juga

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, hewan ternak yang terpapar antraks yang sudah mati dan seharusnya dikubur sesuai SOP. Namun, warga di Dusun Jati rupanya mengkonsumsi dagingnya sebelum pihaknya tiba.

"Sudah mati terus dipotong. Ketahuan karena ada warga yang sakit lapor ke kita, lalu kita surveilans," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari, Rabu (5/7/23).

Wibawanti menjelaskan, ketika pihaknya tiba di Dusun Jati, semua daging telah habis dikonsumsi. Sehingga, uji lab terkait virus ini dilakukan lewat tanah tempat disembelihnya hewan-hewan tersebut.

"Jadi mati, tapi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa yang saya ujikan ke lab itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," katanya.

Kemudian tanah yang terkontaminasi darah ternak antraks tersebut disiram formalin hingga tiga kali, yang pertama dilakukan pada 3 Juni, lalu yang terakhir pada 4 Juli. Nantinya pihaknya akan kembali menguji tanah tersebut. Apabila masih positif virus antraks, akan kembali disiram formalin.

"Kalau masih positif kita siram ulang, kalau sudah negatif bisa nanti kita cor semen beton agar tidak membahayakan," kata Wibawanti.

Menurut Wibawanti, warga di sana rupanya terbiasa mengkonsumsi daging ternak yang sudah mati karena sakit. Dan diketahui bahwa sejak 1 November 2022 sapi yang sudah dikubur sesuai SOP dan belum diambil sampelnya ternyata digali kembali oleh masyarakat setempat.

"Kita dengar informasi ketika (antraks) sudah ke manusia, baru mencuat," katanya.

Untuk mengantisipasi terjangkitnya antraks ini ke ternak lain, pihaknya juga melakukan penyuntikan antibiotik pada semua ternak yang masih sehat pada 20 Juni lalu. Saat ini diketahui kasus antraks telah menjangkiti 93 orang yang diidentifikasi zero positif atau pernah terjangkit, dengan tiga kasus  meninggal dunia. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement