Selasa 11 Jul 2023 22:25 WIB

Rusia Mengingatkan Turki Agar tak Berilusi Jadi Anggota Uni Eropa

Peskov menyatakan orang-orang Eropa tak ingin melihat Turki di UE.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbicara dengan  juru bicara Kremlin Dmitry Peskov (kedua kanan) dalam KTT G-20 di Antalya, Turki, Senin, 16 November 2015.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbicara dengan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov (kedua kanan) dalam KTT G-20 di Antalya, Turki, Senin, 16 November 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Turki sebaiknya tak mempunyai ilusi bahwa suatu hari nanti menjadi anggota Uni Eropa (UE). Kremlin mengingatkan hal tersebut pada Selasa (11/7/2023) setelah Turki menginginkan pintu Uni Eropa dibuka setelah disetujuinya keanggotaan Swedia oleh Turki.

Pada Senin (10/7/2023), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, UE semestinya membuka kembali pembicaraan soal keanggotaan Turki sebagai balasan disetujuinya Swedia menjadi anggota NATO oleh Turki. Namun, Eropa menolak barter semacam itu. 

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan, Turki tak salah berorientasi ke negara-negara Barat. Apalagi, Rusia mengetahui dalam sejarah Republik Turki ada masa saat mereka sangat intens berorientasi ke Barat, tetapi ada juga masa surutnya. 

‘’Namun kami juga tahu, tak seorang pun ingin melihat Turki di Eropa, yang saya maksud adalah orang-orang Eropa,’’ kata Peskov kepada para reporter yang mengikuti briefing harian, Selasa (11/7/2023). Ia juga menampik pandangan Turki menjauh dari Rusia, mendekat ke Barat.

Peskov lalu menyinggung penolakan panjang UE terhadap Turki. Pertama kali Turki mengajukan permohonan menjadi anggota blok negara-negara Eropa itu dilakukan pada 1987. Keinginan Turki menjadi anggota UE mengendap selama bertahun-tahun. 

Pembicaraan mengenai keanggotaan Turki dilakukan pada 2005, periode pertama Erdogan menjabat sebagai perdana menteri. Hubungan Turki dengan negara anggota UE memburuk dalam beberapa tahun terakhir. 

Khususnya pada 2016, saat upaya kudeta terhadap pemerintahan Erdogan gagal. Namun kemudian membaik. Sebab UE bergantung pada bantuan Turki khususnya imigran. Apalagi setelah perang saudara di Suriah, banyak warga yang meninggalkan negaranya itu. 

Membuat Turki menunggu.....

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement