Kamis 13 Jul 2023 07:46 WIB

Erdogan: Parlemen Turki akan Ratifikasi Keanggotaan Swedia di NATO Sebelum Oktober

Proses ratifikasi masih harus menunggu sampai anggota parlemen Turki selesai reses

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan parlemen Turki tidak akan ratifikasi keanggotaan Swedia di Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebelum Oktober.
Foto: EPA-EFE/TOMS KALNINS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan parlemen Turki tidak akan ratifikasi keanggotaan Swedia di Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebelum Oktober.

REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan parlemen Turki tidak akan ratifikasi keanggotaan Swedia di Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebelum Oktober. Tapi ia berharap ratifikasi segera dilakukan setelah reses.

Pada Senin (10/7/2023) lalu Turki menarik penolakannya Swedia bergabung dengan NATO. Keputusan Erdogan merupakan langkah signifikan menuju keanggotan Swedia dan diambil setelah rapat intensif selama beberapa hari.

Baca Juga

Pernyataan Erdogan mengenai ratifikasi di parlemen merupakan konfirmasi pertamanya yang merujuk keanggotaan Swedia di NATO. Partai Erdogan dan sekutu-sekutunya menguasai mayoritas kursi parlemen Turki.

Dalam konferensi pers di pertemuan NATO di Vilnius, Lithuania, ia mengatakan proses ratifikasi masih harus menunggu sampai anggota parlemen Turki selesai reses. Sidang pertama akan dibuka 1 Oktober.

"Parlemen tidak sedang bersidang selama dua bulan ke depan, tapi target kami untuk memfinalisasi masalah ini secepat mungkin," kata Erdogan, Rabu (12/7/2023).

Perubahan sikap Erdogan ini tampaknya didorong janji Swedia untuk memperdalam kerjasama kontra-terorisme dengan Swedia dan mendukung ambisi Turki dalam pengajuan anggota Uni Eropa. Selain itu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi pertahanan Eropa itu akan membentuk koordinator khusus kontra-terorisme.

Erdogan menyoroti komitmen-komitmen ini, menjabarkan rancangan peta jalan 17 pasal yang disusun Swedia dan dipresentasikan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson ke Erdogan saat mereka bertemu Senin lalu.

"Mekanisme keamanan bilateral akan dibentuk di tingkat kementerian dan kami akan meningkatkan kerja sama dan kolaborasi kami dalam perang kami melawan organisasi teroris," kata Erdogan merujuk kesepakatan Turki-Swedia.

"Di saat yang sama, Swedia akan aktif mendukung Republik Turki memperbaharui bea cukai, pembebasan visa dan proses keanggotaan Turki ke Uni Eropa," tambah Erdogan.

Erdogan mengatakan Swedia akan membantu mencabut embargo senjata yang diberlakukan ke Turki. "Setelah janji-janji ini dipenuhi, kami tentu akan melanjutkan proses keanggotaan (Swedia ke NATO)," kata Erdogan.

Finlandia sudah menjadi anggota ke-31 NATO dan Swedia akan menjadi anggota ke-31. Dua negara Nordik itu secara historis tidak pernah beraliansi sampai Rusia menggelar invasi skala penuh ke negara tetangganya.

Erdogan mengatakan Turki ingin proses ratifikasi keanggotan Swedia dapat segera selesai. Kesepakatan ini akan dibahas komite luar negeri di parlemen Turki sebelum dilakukan pemungutan suara yang diikuti seluruh anggota parlemen.

Erdogan harus memenangkan semua partai yang bersekutu dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang memberinya mayoritas di pemilihan umum bulan Mei lalu. Termasuk partai-partai Islam kecil yang mengatakan menolak Swedia bergabung dengan NATO karena "serangan-serangan ke nilai-nilai Islam" mereka merujuk pembakaran al-Quran dalam protes di Stockholm.

Erdogan menyinggung titik keberatan Turki bergabungnya Swedia ke NATO adalah lemahnya sikap Stockholm pada organisasi teroris terutama milisi Kurdi yang Turki anggap organisasi teroris dan upaya kudeta gagal 2016. Turki juga mengeluhkan tentang aktivitas terorisme di beberapa negara lainnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement