REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tahun baru hijriyah akan segera dimulai. Sejarah Islam penuh dengan hari-hari dan peristiwa-peristiwa besar yang perlu diambil pembelajaran untuk membimbing umat ke jalan yang benar di masa-masa sulit.
Dilansir dari laman About Islam pada Sabtu (15/7/2023) Hijrah yang mulia merupakan salah satu peristiwa termegah dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memberikan umatnya dua migrasi. Hijrah pertama sesama Muslim ke Ethiopia dan hijrahnya sendiri ke Yathrib atau Madinah, dengan banyak pelajaran dan contoh. Dia mengajarkan umatnya bahwa perubahan membutuhkan kerja keras dan pengorbanan.
Di sisi lain, Orang-orang Mekkah merugikan para pengikut Nabi, mereka tidak dapat menemukan siapa pun untuk menjadi pembela, dan takut akan penganiayaan. Untuk itu Nabi meninjau semua negara di dunia tetangga untuk memerintahkan mereka bermigrasi. Jika mereka pergi ke wilayah manapun di Jazirah Arab, mereka akan dikembalikan ke suku Quraisy.
Nabi mengabaikan Persia karena Persia adalah penyembah berhala. Sementara Bangsa Romawi, meskipun Ahli Kitab, sangat tangguh dan kejam.
Selanjutnya, Nabi mengira Ethiopia akan menjadi yang terbaik. Dia memerintahkan para Sahabat untuk bermigrasi, "Pergi ke Ethiopia", dan mengatakan kepada mereka, "Ada seorang raja di sana yang adil."
Adapun Hijrah ini disebut migrasi ke tempat aman, sedangkan migrasi ke Madinah disebut migrasi ke tempat keyakinan.
Oleh karena itu, umat dapat belajar dari Nabi bahwa ketika merencanakan sesuatu, maka harus membuat rencana dengan mempertimbangkan semua aspek situasi. Dia merencanakan metode perjalanan, perbekalan, dan siapa yang akan memimpin. Ketika semuanya direncanakan dengan cermat, dia menaruh imannya kepada Allah.
Dalam sambutan agung yang diterima Nabi saat tiba di Madinah muslim dapat menemukan pelajaran dan contoh. Karena orang-orang Madinah menyambutnya dan para imigran dengan keramahan yang besar. Mereka harus berbagi uang dan rumah mereka dengan para imigran dan menjadi keluarga, karena para imigran telah meninggalkan keluarga di Mekkah hanya untuk mencari pahala dari Allah.
Dengan cara ini, Nabi mencapai persaudaraan antara Ansar (pembantu Nabi) dan Muhajirun (migran), dan mereka menjadi contoh kedalaman keyakinan.
Pelajaran dan contoh dalam kehidupan Nabi dan Hijrahnya ke Madinah seharusnya tidak hanya dilihat sebagai cerita sejarah untuk dinikmati atau didengar. Akan tetapi harus dijadikan model untuk setiap tindakan muslim.