Senin 17 Jul 2023 05:58 WIB

Efek Baik Memelihara Hewan Ternyata tak Didapat Semua Orang, Ini Penjelasannya

Memelihara hewan tak meningkatkan kebahagiaan bagi pengidap bipolar dan skizofrenia.

Rep: Shelbi Asriant/ Red: Gita Amanda
Menurut studi terbaru, memelihara hewan tidak selalu mengarah pada peningkatan kesehatan mental pada semua orang. (ilustrasi).
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Menurut studi terbaru, memelihara hewan tidak selalu mengarah pada peningkatan kesehatan mental pada semua orang. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merawat hewan peliharaan dan melihat tingkahnya yang menggemaskan memang menerbitkan rasa bahagia bagi penyuka satwa. Bahkan, ada anggapan umum memelihara fauna akan meningkatkan kesehatan mental seseorang.

Menurut studi terbaru, memelihara hewan tidak selalu mengarah pada peningkatan kesehatan mental pada semua orang. Pengecualian berlaku untuk orang yang sudah didiagnosis dengan gangguan kesehatan mental yang serius. Sebuah survei yang dilakukan oleh University of York mengungkap hidup dengan binatang (anjing, kucing, ikan, atau burung) tidak meningkatkan kesejahteraan serta tidak mengurangi depresi, kecemasan, atau perasaan kesepian bagi pengidap gangguan bipolar dan skizofrenia.

Para peneliti menindaklanjuti studi terdahulu yang dilakukan pada 2021 tentang penyelidikan aspek kepemilikan hewan dan kesehatan mental selama Covid-19. Temuan riset terbaru bertentangan dengan keyakinan awam bahwa memelihara hewan meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan dalam semua konteks.

Dalam survei terhadap 170 orang di Inggris dengan penyakit mental yang serius, sebanyak 81 orang memiliki setidaknya seekor hewan di rumahnya. Sekitar 95 persen peserta melaporkan memelihara hewan memberi rasa persahabatan, sumber konsistensi dalam hidup, dan membuat mereka merasa dicintai.

Anjing dan kucing dilaporkan sebagai hewan peliharaan yang paling banyak dimiliki, konsisten dengan populasi umum. Mayoritas peserta menganggap ikatan dengan hewan mereka cukup kuat. Namun, dibandingkan dengan pengidap gangguan kesehatan mental serius yang tidak memiliki hewan, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam kesehatan mental dan pengurangan rasa kesepian.

Salah satu peneliti, Emily Shoesmith dari Departemen Ilmu Kesehatan University of York, mengatakan dampak keberadaan hewan pendamping tak selalu bermanfaat bagi kesehatan mental semua orang. Ada pengecualian seperti yang terungkap dalam studi.

"Meskipun peserta melaporkan bahwa hewan peliharaan sangat berjasa menemani hidup mereka, kami tidak menemukan bahwa kepemilikan hewan secara signifikan terkait dengan peningkatan kesejahteraan bagi pengidap depresi, kecemasan, atau kesepian," ujar Shoesmith, dikutip dari laman University of York, Senin (17/7/2023).

Namun, tentunya tetap ada relasi kuat antara hewan peliharaan dan pemiliknya. Hanya saja, para peneliti menunjukkan bahwa selain memelihara hewan pendamping, orang-orang yang telah didiagnosis dengan gangguan kesehatan mental serius perlu melakukan upaya lain untuk memulihkan kondisinya. Selain menjalani pengobatan bersama profesional kesehatan jiwa, perlu ada langkah lain seperti menebalkan jejaring sosial.

Peneliti lain, Elena Ratschen dari Departemen Ilmu Kesehatan Universitas York, memprediksi tanggung jawab tambahan atas kepemilikan hewan mungkin saja memperburuk potensi stresor yang dialami pengidap gangguan kesehatan mental tertentu. Belum lagi, biaya terkait pakan hewan dan pemeriksaan rutin ke dokter.

Menurut Ratschen, sifat interaksi antara manusia dan hewan cukup kompleks. Ikatan antara pemilik dan hewan dianggap tinggi dalam penelitiannya dan tidak diragukan lagi sangat penting dalam kehidupan manusia. "Namun, tidak masuk akal untuk berasumsi bahwa itu adalah cara untuk memperbaiki gejala penyakit mental yang serius atau menghilangkan perasaan kesepian pada pasien," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement