REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pesepak Bola Profesional Prancis (UNFP) mengkritik langkah PSG yang tidak membawa Kylian Mbappe dalam tur Asia. Mbappe kemudian diketahui menjalani agenda latihan bersama tim cadangan PSG, setelah mendapati dirinya berada dalam situasi sulit dengan berbagai opsi di klubnya.
"UNFP merasa akan berguna untuk mengingatkan para manajer yang menggunakan tekanan pada seorang pekerja, misalnya melalui diperburuknya kondisi kerja untuk menekan pemain agar pergi atau menerima apa yang diinginkan pemberi kerja merupakan pelecehan konstitusi moral, yang dikutuk oleh undang-undang Prancis," demikian pernyataan UNFP seperti dikutip dari BBC, Ahad (23/7/2023). "UNFP mengawal hak untuk mengambil tindakan sipil dan hukum terhadap klub apapun, yang bertindak seperti ini."
Permasalahan Mbappe menyeruak ke permukaan setelah ia mengatakan kepada pihak klub bahwa dirinya tidak ingin memperpanjang kontrak, yang tersisa 12 bulan lagi. PSG ingin menjual Mbappe agar bisa mendapatkan keuntungan, namun Mbappe berencana untuk bertahan di sana sampai kontraknya habis.
Mbappe bernilai 165,7 juta poundsterling atau Rp 3,2 triliun saat didatangkan PSG dari AS Monaco pada 2017. Setelah itu, ia menjadi pemain kunci di PSG selama enam tahun dengan koleksi 212 gol dari 260 pertandingan, dan memenangi atau berbagi lima edisi terakhir Sepatu Emas Ligue 1 Prancis.
Mbappe membantu timnas Prancis menjuarai Piala Dunia 2018, dan mengemas trigol ketika Les Bleus dikalahkan Argentina pada final Piala Dunia 2022. Mbappe sangat dekat untuk bergabung ke Real Madrid pada 2022, namun secara mengejutkan ia meneken perpanjangan kontrak berdurasi dua tahun di PSG.
Di sisi PSG, klub itu dengan sengaja mengeluarkan Mbappe dari tim yang akan berangkat ke Asia. Chairman PSG Nasser Al Khelaifi pun belum lama ini menyatakan klubnya mustahil melepas Mbappe secara cuma-cuma pada akhir musim.