REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komnas Perempuan menyatakan bahwa kekerasan berbasis gender di lokasi bencana alam merupakan fenomena puncak gunung es. Kekerasan berbasis gender ini juga turut dipengaruhi budaya patriarki yang berlaku di masyarakat.
"Kekerasan berbasis gender pada konteks bencana, sama seperti yang terjadi di ranah lainnya, pada dasarnya merupakan fenomena gunung es," kata Anggota Komnas Perempuan Retty Ratnawati dalam webinar bertajuk "Konsultasi Publik dalam Pengembangan Rekomendasi Kebijakan Penganggaran Penyikapan Kekerasan Berbasis Gender dan Kelompok Rentan dalam Konteks Kebencanaan di Indonesia, di Jakarta, Kamis (26/7/2023).
Menurut Retty, situasi tempat pengungsian, ruang tidur terbuka, MCK (mandi, cuci, kasus) yang terbuka, dan tidak adanya bilik mesra membuat perempuan rentan menjadi korban kekerasan berbasis gender di lokasi bencana. Retty mengatakan kasus kekerasan berbasis gender dalam konteks bencana pertama kali tercatat dalam pendataan Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2006, yakni empat kasus kekerasan seksual di lokasi pengungsian di Aceh.