Senin 24 Jul 2023 15:12 WIB

Beredar Data Dugaan Kekerasan Libatkan Oknum Mahasiswa RI di Mesir

Korban kekerasan oknum mahasiswa RI di Mesir angkat suara.

Rep: Muhyiddin, Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Korban kekerasan oknum mahasiswa RI di Mesir angkat suara. Foto: Masjid Al Azhar di Kairo, Mesir.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Korban kekerasan oknum mahasiswa RI di Mesir angkat suara. Foto: Masjid Al Azhar di Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah viralnya kasus penganiayaan terhadap kader Nahdlatul Ulama (NU) di Mesir, kini beredar sejumlah data kekerasan yang melibatkan oknum mahasiswa Indonesia di Mesir. Di dalam data yang diperoleh Republika.coid, Senin (24/7/2023), dengan judul Rekapitulasi Tindakan Anarkisme oleh Oknum itu, sejumlah korban kekerasan angkat suara terkait tindakan anarkisme yang diduga dilakukan oknum mahasiswa dari organisasi Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir.

Berikut dugaan tindakan anarkisme oleh oknum mahasiswa Kekeluargaan Sulawesi (KKS) terhadap mahasiswa Indonesia berdasarkan data tersebut:

Baca Juga

1. Kasus Pertama

Korban: Wahyu Farhan Nurohman Efendi, 19 tahun.

Data tersebut menyebutkan, kejadian ini berawal dari imbas tensi tinggi yang terjadi di dalam lapangan futsal. Pertandingan  futsal antara tim Farhan dengan tim kekeluargaan Sulawesi berjalan dengan sengit dan panas. Kedua tim merupakan tim yang diunggulkan dalam turnamen Cordoba Cup ini.

Pertandingan pun selesai dengan hasil seri. Anggota keamanan pertandingan memperingati Farhan bahwa ada indikasi penyerangan oleh superter terhadapnya, lalu mereka mengawal kepulangan Farhan dari dalam lapangan futsal.

Tepat di depan gerbang lapangan, beberapa supporter lari dari dalam lapangan lalu menendang Farhan dari belakang. Farhan pun tersungkur di atas aspal, kepalanya diinjak, lalu dipukuli, selang beberapa menit anggota keamanan lapangan membubarkan masa dan Farhan langsung dibawa ke sekretariat kekeluargaan Jawa tengah.

2. Kasus Kedua

Korban: Muhammad Aslam, 22 tahun

Data tersebut menyebutkan kejadian ini bermula ketika salah satu teman dekat Aslam mengunggah story Instagram dalam akun pribadinya. Ia mengungkapkan rasa ketidakpuasannya atas keputusan yang disahkan oleh kedua belah pihak secara kekeluargaan, terkait permasalahan awal yang telah terjadi.

Kemudian, Aslam mengomentari unggahan story Instagram tersebut atas dasar kepedulian terhadap korban pengeroyokan yang di mana korban adalah teman dekatnya. Di luar dugaan, komentar yang Aslam sampaikan di screenshot dan diunggah kembali melalui story Instagram, sehingga menyebabkan kegaduhan dan sampai timbul terjadinya pengeroyokan terhadap Aslam dan beberapa temannya.

Pengoroyokan itu terjadi di tempat kediaman Aslam pada Rabu (12/7/2023) lalu pukul 21.45 CLT. Menurut dia, saat itu datang sekitar 15 orang oknum anggota dari Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir.

“Mereka menanyakan kebenaran terkait komentar saya pada postingan stori Instagram teman saya yang kemungkinan telah disadap oleh pihak pelaku, selang berapa waktu gerombolan mereka langsung menghajar saya dengan jiwa premanismenya tanpa ada sedikitpun rasa manusiawi dari mereka terhadap saya,” jelas Aslam.

Aslam pun dikeroyok. Dia pun mengalami luka pukulan dan tendangan pada bagian kepala, hidung, kedua mata hingga pendarahan dalam, telinga bagian kanan, tangan kiri dan kanan dan badan bagian atas.

Aslam mengatakan, pelaku juga mengancam dan menanyakan asal kekeluargaannya dan merendahkan budaya daerah asalnya (Banten) yaitu Debus. Kemudian, mereka juga merampas HP-nya lalu membuka privasi chat pada WhatsApp-nya, dan memaksanya untuk menunjukan akun email pribadinya dengan mengancam gerak-geriknya di media sosial akan dilacak.

“Tak hanya luka fisik yang saya rasakan, namun, trauma mental yang juga saya rasakan hingga takut bersosial media dan berkegiatan di luar rumah,” kata Aslam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement