Senin 31 Jul 2023 08:32 WIB

BPPTKG: Intensitas Kegempaan Merapi Masih Cukup Tinggi

Potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Seorang petugas memantau kegiatan pemantauan gempa di pos pengamatan Gunung Merapi di Yogyakarta.
Foto: .AP Photo/Slamet Riyadi
Seorang petugas memantau kegiatan pemantauan gempa di pos pengamatan Gunung Merapi di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat dalam sepekan kemarin, intensitas kegempaan Gunung Merapi masih cukup tinggi.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas Merapi pada 21-27 Juli, tercatat empat gempa Vulkanik Dangkal (VTB). BPPTKG juga mencatat 51 kali gempa Fase Banyak (MP), satu kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 907 kali gempa Guguran (RF), dan 16 kali gempa Tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan masih cukup tinggi," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso. Sedangkan, guguran lava Merapi juga teramati sebanyak 254 kali.

Ratusan kali guguran lava tersebut mengarah ke barat hingga selatan yang meliputi dua kali ke hulu Kali Sat/Putih sejauh 1.500 meter, 30 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.800 meter, dan 222 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh 2.000 meter.

"Suara guguran terdengar 31 kali dari Pos (Pengamatan Merapi) Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," ungkap Agus.

Akibat aktivitas guguran lava tersebut, morfologi kubah barat daya Merapi mengalami perubahan. Sementara, untuk kubah tengah tidak teramati perubahan yang signifikan.

"Berdasarkan foto udarap pada 24 Juni 2023, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.465.900 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.346.500 meter kubik," jelasnya.

Terkait dengan deformasi Merapi dalam sepekan terakhir, menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam sebesar dua centimeter per hari berdasarkan pemantauan yang dilakukan menggunakan EDM.

Dari hasil pemantauan aktivitas Gunung Merapi, BPPTKG menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi yakni berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.

Dengan begitu, potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Potensi bahaya ini meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer.

Selain itu juga meliputi Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara juga ada potensi bahaya dari aktivitas Merapi yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer.

"Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement