In Picture: Mural untuk Mengenang Korban Serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta
Mural Festival AMUK 1812 ini mengingatkan sejarah yang terjadi pada tahun 1812..
Rep: Wihdan Hidayat/ Red: Mohamad Amin Madani
Warga menonton mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Warga menonton mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Mural berisi kisah Geger Sepehi atau penjebolan Pojok Beteng Utara Timur saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Warga menonton mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di tembok Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Warga menonton mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
Sebuah rumah dicat merah serta dimural nyala api yang mengisahkan Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023). Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu, juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan Tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)
inline
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Warga menonton mural berisi kisah Geger Sepehi saat Festival AMUK 1812 di Kampung Ngadinegaran, Yogyakarta, Rabu (2/8/2023).
Festival AMUK 1812 ini diadakan untuk mengenang Tumenggung Sumodiningrat, korban serangan Raffles ke Keraton Yogyakarta pada 1812. Selain itu juga untuk mengingatkan sejarah yang terjadi saat 1812 kepada masyarakat. Berbagai fragmen penyerangan tentara Inggris digambarkan lewat mural di kanan dan kiri jalan kampung.
Advertisement